SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta tengah mengoptimalkan penanganan tuberculosis (TB) dengan active case finding (ACF). Sejumlah kelompok masyarakat rentan menjadi sasaran dalam pemeriksaan tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah menuturkan terdapat target epidemiologi untuk melakukan pemeriksaan TB. Di Indonesia setidaknya harus ditemukan atau dilakukan pemeriksaan TB kepada 969.000 kasus per tahun.
"Sementara Kota Jogja itu 1.458 kasus, kalau kita hanya mengandalkan yang pasif tadi sementara perjalanan penyakitnya memiliki waktu lama bisa jadi dia sudah tertular, sudah sakit tapi belum menimbulkan gejala," ujar Lana saat dikonfirmasi awak media, Senin (19/12/2022).
Disampaikan Lana, sebelum itu, pihaknya hanya melakukan pemeriksaan pasif saja kepada penderita TB. Dalam artian masyarakat dengan kesadaran sendiri datang ke fasilitas layanan kesehatan dengan gejala TB baru kemudian diberikan pengobatan.
Baca Juga:Imbau Masyarakat Segera Booster, Dinkes Kota Jogja Pastikan Puskesmas Masih Melayani
"Kemudian beberapa tahun terakhir kita melakukan ACF atau penemuan secara aktif. Jadi orang yang belum bergajala, orang yang sehat atau orang dengan kontak erat serumah itu kita lakukan pemeriksaan dengan mobile rontgen," ungkapnya.
Dengan layanan, mobile X-ray tersebut pihaknya bergerak untuk menjangkau wilayah-wilayah yang sebelumnya tak tersentuh. Atau lebih mendekatkan dengan penduduk di seluruh wilayah di Kota Jogja.
Sebenarnya, kata Lana, ACF ini sudah dilakukan sejak tahun 2020 lalu. Namun baru pada 2021 kemarin bisa disebar lebih luas ke semua wilayah kecamatan dan akhir tahun 2022 bersama mitra Dinkes Kota Jogja semakin memperbanyak screening itu.
ACF diharapkan bisa membantu Dinkes Kota Yogyakarta untuk menemukan kasus-kasus yang tak terdeteksi sebelumnya. Sehingga dapat dilakukan penanganan dengan baik.
"Untuk hasil sementara masih belum selesai. Tapi harapannya kasus-kasus yang laten atau silent itu bisa kita temukan, karena bisa jadi dia sudah tertular tapi mungkin setahun dua tahun belum muncul gejala karena tertutupi oleh daya tahan tubuh yang bagus tapi tidak menutup kemungkinan dalam beberapa tahun nanti akan muncul gejala," terangnya.
Baca Juga:Pandemi Belum Usai, Dinkes Kota Yogyakarta Catat Tren Kenaikan Kasus Covid-19