Diajak Keliling Sumbu Filosofi Naik Tayo, Banyak Pelajar Jogja Tak Kenal Tugu Pal Putih

diajaknya siswa berkeliling melihat Sumbu Filosofi merupakan aplikasi dari pembelajaran luar kelas.

Galih Priatmojo
Selasa, 14 Maret 2023 | 17:53 WIB
Diajak Keliling Sumbu Filosofi Naik Tayo, Banyak Pelajar Jogja Tak Kenal Tugu Pal Putih
Para siswa SD di DIY diajak berkeliling melihat Sumbu Filosofi dengan Tayo di Yogyakarta, Selasa (14/03/2023).

SuaraJogja.id - Meski dikenal wisatawan dari berbagai daerah bahkan banyak negara, banyak siswa dari Yogyakarta yang justru tak mengenal Tugu Pal Putih. Bahkan melihat bagian dari Sumbu Filosofi itu pun belum pernah.

Padahal saat ini Sumbu Filosofi tengah diajukan ke UNESCO sebagai salah satu Warisan Dunia Tak Benda. Namun rangkaian Sumbu Filosofi mulai dari Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Malioboro, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak hingga laut selatan tak banyak diketahui pelajar Yogyakarta.

"Kenapa jalan mangkubumi diubah jadi margo utomo, kenapa kotagede ada kerajaan dan bagian dari sumbu filosofi. Ini yang perlu dikenalkan pada siswa di jogja secara langsung, tidak hanya di kelas," ungkap Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi disela pengenalan Tata Nilai Budaya Yogyakarta pada siswa di DIY, Selasa (14/03/2023).

Karenanya dalam rangkaian pengajuan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Dunia Tak Benda, Disbud mengenalkan area sumbu filosofi dan poros mataram yaitu Tugu Pal Putih, Bangsal Kepatihan, Panggung Krapyak, Masjid Kotagede, dan Situs Kauman Pleret pada siswa SD hingga SMA selama empat hari kedepan. Mereka diajak berkeliling naik tayo atau bus pariwisata untuk berkeliling di tempat-tempat tersebut selama sehari penuh.

Baca Juga:Bakal Lawan Persis Solo di Stadion Maguwoharjo, Penginapan Arema FC di Jogja Disorot: Kehabisan Duit?

Kegiatan yang jadi pilot project tersebut menjadi jembatan bagi para siswa mendapatkan gambaran implementasi tata nilai Yogyakarta dan Jawa yang dahulu telah diwariskan oleh para pendahulu. Anak-anak diajak melakukan observasi maupun pengamatan langsung pada bukti-bukti sejarah dan artefak arkeologis yang ada di DIY.

"Ini sebagai semangat khas keyogyakartaan," tandasnya.

Dian menambahkan, pengenalan tata nilai budaya Yogyakarta tersebut diyakini menjadi kiblat dalam melestarikan kebudayaan di Yogyakarta. Sebab  tata nilai tidak hanya perlu ditetapkan dan ditorehkan dalam sebuah cetak biru.

"Tetapi yang paling penting adalah diinternalisasi, diresapi dan dilakukan oleh segenap masyarakat," ungkapnya.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (disdikpora) DIY, Didik Wardaya mengungkapkan, diajaknya siswa berkeliling melihat Sumbu Filosofi merupakan aplikasi dari pembelajaran luar kelas. Mereka tidak hanya belajar dari buku atau guru namun melihat dan mengobservasi secara lansung sejarah Yogyakarta.

Baca Juga:Antisipasi Erupsi Susulan, Ini Titik Pengungsian Bagi Warga Lereng Merapi di Jogja

Didik berharap kedepan,  jika format kegiatan demikian dalam evaluasinya dinilai baik maka bisa disebarluaskan sebagai bagian dari pembelajaran non formal bagi sekolah-sekolah se-DIY.

"Kegiatan tata nilai keistimewaan ini dapat menjadi media edukatif yang mampu menjawab persoalan bagaimana proses pelestarian nilai itu dilaksanakan dan mudah dipahami oleh kalangan generasi millenial maupun generasi Z," ungkapnya. 

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak