Setiap kali datang dirinya harus 'tombok' untuk menutupi biaya penebusan gas elpiji 3 kilogram yang belum laku. Para pangkalan pun berlomba bagaimana caranya agar gas bersubsidi mereka laku.
Tak jarang mereka harus jual merugi demi bisa menghabiskan kuota atau jatah mereka. Sehingga modal mereka tak bisa kembali. Kondisi tersebut berlangsung sudah cukup lama dan setiap kali mengadu ke dinas atau instansi terkait hanya dibiarkan
"Ini sudah 3-4 bulan lho. Ndak ada tindakan sama sekali,"kata dia.
Demikian juga diungkapkan Dedy, pangkalan asal Karangmojo. Lelaki ini mengaku kebingungan menghabiskan stok gas elpijinya hari ini. Hari Senin (20/11/2023) ini merupakan jadwalnya mendapat kiriman sebanyak 90 tabung. Namun di pangkalan yang ia miliki masih ada sisa 40 tabung.
Baca Juga:Lagi, Dukuh di Gunungkidul Didemo karena Tuduhan Selingkuh
"Saya harus bagaimana. Nyari pinjaman tabung? Sudah susah sekarang,"ungkapnya
Hal ini karena tidak lepas dari banyaknya pangkalan yang menjual dengan cara berkeliling dengan masuk ke area penjualan pangkalan lain. Perang harga juga ditetapkan oleh pangkalan yang menjual secara berkeliling tersebut.
Para pemilik pangkalan meminta kepada pemerintah dan Pertamina untuk mengerem laju pemberian ijin baru terhadap pangkalan atau agen baru. Sehingga stok gas elpiji di pasaran tidak melonjak sesuai dengan kuota sebelumnya.
"Ini kamii tidak bisa menjual, lha kok pangkalan dan agen baru terus nambah. Kami bisa gulung tikar kalau kayak gini,"kata dia.
Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan Kabupaten Gunungkidul, Asar Janjang Riyanti mengakui jika kondisi penjualan gas elpiji 3 kilogram sedang lesu. Namun hal tersebut bukan karena penambahan kuota untuk Gunungkidul, tetapi memang karena kondisi perekonomian dan cuaca yang sedang tidak berpihak.
Baca Juga:Monyet Ekor Panjang Bikin Resah di Gunungkidul, Rusak Tanaman hingga Tidur di Pekarangan Rumah Warga
"Daya beli masyarakat menurun serta cuaca sangat terik. Masyarakat banyak yang kembali ke kayu bakar,"ujarnya