SuaraJogja.id - Dua hari yang lalu Pemda DIY mengumumkan kenaikan Upah Minimum Provinsi atau UMP DIY sebesar 7,27 persen.
Dalam keterangannya UMP DIY tahun 2024 naik dari Rp1.981.897 menjadi Rp2.125.897.
Sejumlah buruh dan karyawan pun menyambut baik dengan kenaikan tersebut. Meski begitu beberapa mengaku nilai yang ditetapkan belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan.
Adam (26) salah seorang karyawan di toko buku di Jogja mengaku senang. Namun tentu angka tersebut belum terlalu berpengaruh secara signifikan, karena hanya naik Rp144.115, terutama untuk satu bulan.
Baca Juga:Pasca Pengumuman UMP DIY 2024, Ini Kata Disnaker Soal Besaran UMK Sleman
Meski demikian, pria asli Yogyakarta ini mengatakan akan tetap mensyukuri kenaikan UMP tersebut.
Mengacu dari UMP di tahun-tahun sebelumnya, Adam sendiri mengatakan bisa habis kira-kira Rp500.000 an dalam satu bulan untuk kebutuhan primer.
"Lumayan lah, walaupun sebenarnya kurang kerasa juga ya kalau naik cuma segitu. Tapi ya disyukuri saja sih. Kalau dari UMP yang kemarin-kemarin, itu saya perbulan rata-rata bisa habis 500 ribuan untuk memenuhi kebutuhan primer. Termasuk kebutuhan rumah tangga juga ya, karena saya kebetulan sudah berumah tangga juga," katanya kepada suarajogja.id.
Jadi, dari sisa kebutuhan primer itu, biasanya Adam gunakan untuk kebutuhan sehari-hari lainnya.
"Nah dari sisanya, baru saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari lainnya.", jelas Adam.
Baca Juga:Wabup Sleman Pastikan UMK 2024 Naik, Angka Masih Dalam Pembahasan
Hal senada juga diungkapkan Andika (23).
Karyawan kedai kopi di kawasan Seturan, Yogyakarta itu mengaku cukup senang. Meski demikian, Andika tetap merasa sepertinya kenaikan ini tidak akan dipukul rata.
Dalam arti, ia merasa tidak akan seluruh toko di wilayah Yogyakarta dengan serentak dan seksama mengikuti kenaikan UMP ini.
Meski demikian, pria asal Kulon Progo ini mengatakan bersyukur kalau memang UMP nya naik.
Berdasarkan UMP sebelumnya, kira-kira dalam satu bulan itu Andika bisa menghabiskan di atas satu juta untuk memenuhi kebutuhan primernya.
Jadi, tetap ada sisa dari UMP Yogyakarta ini.
"Kalau dinaikin UMP nya pasti banyak yang senang, pasti banyak yang setuju juga. Karena mau gimanapun UMP Jogja ini termasuk kecil kan ya. Tapi saya kira ga bakal dipukul rata. Ya saya bersyukur sih kalau dinaikin. Kalau dari UMP sebelumnya, dalam sebulan itu saya bisa habis di atas satu juta untuk kebutuhan primer. Tapi pasti ada sisa sih.", ucap Andika.
Beda halnya dengan Adam dan Andika, Deva (23) mengaku sudah sejak tahun 2018 berada di Yogyakarta.
Menanggapi kenaikan UMP DIY yang baru, Deva mengatakan tidak terlalu terpengaruh dengan hal tersebut.
Meski demikian, Deva mengatakan kenaikannya tidak terlalu signifikan. Karena di satu sisi, menurutnya kebutuhan di Yogyakarta itu sangat banyak juga, dan harganya yang tidak murah.
Selain itu, karena Deva juga per bulan cenderung tidak pernah menghitung berapa biaya yang ia habiskan untuk kebutuhan primernya.
Hal tersebut didasarkan pada kebiasaan Deva yang tidak menentu dalam mencukupi kebutuhan primernya, salah satunya makan.
Deva terkadang membeli makanan di luar, namun juga tak jarang untuk memasak makanan sendiri.
Jadi selama ini, Deva cenderung menggunakan UMP Yogyakarta secara mengalir. Jika memang ada, maka digunakan dengan sebaik-baiknya.
"Kenaikannya kurang signifikan, karena kebutuhan di Jogja juga banyak kan, dan harganya ga murah juga. Mungkin balik lagi ke masing-masing orang. Tapi kalau dari saya, itu kurang berpengaruh signifikan. Karena kalau per bulan itu jujur saya ga tahu habis berapa, karena ga pernah ngitung secara pasti. Lebih ke mengalir saja. Kadang masak, kadang beli makanan di luar, jadi ga pasti.", ujar Deva.
Kontributor: Fristian Setiawan