Kerap Terisolir Setiap Musim Penghujan, Warga Kedungwanglu Gunungkidul Ancam Golput

Salah satu warga Kedungwanglu, Sofyan Effendi menuturkan, setiap musim penghujan, ratusan Kepala Keluarga di padukuhannya tinggal selalu saja terisolir.

Galih Priatmojo
Jum'at, 19 Januari 2024 | 10:30 WIB
Kerap Terisolir Setiap Musim Penghujan, Warga Kedungwanglu Gunungkidul Ancam Golput
kondisi jembatan crossway di padukuhan Kedungwanglu Gunungkidul yang terendam air. [Kontributor/Julianto]

SuaraJogja.id - Jengah dengan janji-janji pemerintah yang kunjung menindaklanjuti keluhan warga yang selalu terisolir setiap musim penghujan membuat warga Padukuhan Kedungwanglu Kalurahan Banyusoca Kapanewon Playen Gunungkidul mengancam bakal golput alias tidak menggunakan hak pilihnya ketika Pemilu ataupun Pilkada nanti. 

Salah satu warga Kedungwanglu, Sofyan Effendi menuturkan, setiap musim penghujan, ratusan Kepala Keluarga di padukuhannya tinggal selalu saja terisolir. Sebab, dua jembatan crossway penghubung dusun ini dengan wilayah lain selalu terendam banjir ketika hujan berlangsung lama. 

Seperti saat ini, hujan deras yang melanda kawasan Gunungkidul sepanjang 3 hari terakhir ini membuat ratusan warga Padukuhan  terisolir. Sejak Jumat (19/1/2024) dinihari, dua jembatan yang menjadi akses mereka dengan dusun lain terendam air dan tidak bisa dilalui.

"Ya otomatis kami tidak bisa kerja atau sekolah,"ujarnya.

Baca Juga:WALHI Yogyakarta Temukan Tiga Pembangunan Resort di Gunungkidul yang Berpotensi Langgar RTRW DIY

Pemerintah sebenarnya sudah beberapa kali mengunjungi wilayah mereka dan berjanji akan memperbaiki jembatan crossway yang selalu terendam air ketika musim penghujan tersebut. Namun hingga saat ini sama sekali belum ada perhatian dari pemerintah. 

Oleh karenanya warga sudah Jengah dengan janji pemerintah tersebut dan tidak akan menggunakan hak pilih mereka ketika pemilu nanti. Setiap calon yang mereka dukung ternyata tidak pernah menepati janji untuk memperbaiki wilayah padukuhan kedungwanglu. 

"Wis memeng mas. Jeleh ro janji pemerintah (jengah dengan janji pemerintah), " ungkapnya. 

Salah satu warga Kedungwanglu, Munadzar Abror menuturkan, hujan deras yang melanda kawasan Gunungkidul membuat debit air sungai Oya, sungai terpanjang dan terbesar di Gunungkidul meningkat drastis. Selain itu, debit air sungai Prembutan juga melonjak melompati jembatan crossway.

"Dua Jembatan crossway itu akses kami. sekarang sudah tidak bisa dilewati karena sungai Prembutan banjir,"tutur dia, Jumat pagi ketika dikonfimasi melalui nomor pribadinya.

Baca Juga:Cerita Tukini, Hanya Pasrah selama Kemarau Panjang di Gunungkiul, Akhirnya Bernapas Lega Diselamatkan Hujan

Sejak Kamis sore kemarin, debit air semakin meningkat dan sudah di atas mata kaki orang dewasa. Dan Jumat dinihari, selepas subuh tadi jembatan crossway sudah tidak bisa dilalui karena ketinggian air dari atas jembatan sudah sebatas dada orang dewasa. 

Warga tidak berani melintas karena airnya yang cukup deras. Karena jika nekat untuk melintasi jembatan tersebut maka dikhawatirkan akan terseret arus sungai perebutan yang cukup deras. Beberapa tahun yang lalu ada warga yang sempat terseret bersama sepeda motornya akibat nekat melintas di atas jembatan crossway tersebut saat banjir. 

"Kami ndak berani melintas. Mudah-mudahan segera mereda, " tambahnya. 

Dia mengatakan sebenarnya ada  dua crossway di atas sungai Prambutan yang menghubungkan padukuhan dengan wilayah lain memang sering tak bisa dilalui akibat diterjang banjir. Dan peristiwa tersebut sudah terjadi berulang kali namun belum ada tindakan dari pemerintah.

Kondisi ini sudah sejak dulu mereka alami. Dan selalu berulang, kami mohon perhatian dari pemerintah. Sehinggga ratusan warga tidak bisa beraktivitas untuk bekerja ataupun untuk pergi ke sekolah. Mereka tidak berani mengambil resiko untuk menerjang banjir karena khawatir bisa terisolir. 

"Yang lebih menyedihkan lagi ada salah seorang warga yang menderita penyakit jantung serta syaraf kejepit yang tidak bisa kontrol ke rumah sakit karena tak berani melintas, "tambahnya.

"Jadwal kontrolnya sekarang, Jumat ini. Di RSA UGM. Mudah-mudahan air segera surut,"harapnya.

Tokoh pemuda Kedungwanglu, Ahsan Nasir mengatakan padukuhan Kedungwalung ada 10 RT terdiri dari 150 kepala keluarga (KK). Dan ada 8 RT dengan 120 KK yang sering terisolir akibat banjir di musim penghujan. Dan hanya 2 RT yang tidak terisolir karena peristiwa banjir tersebut. 

" warga Kedungwanglu memang langganan terisolir,"tambahnya 

Ketika hujan datang dengan intensitas cukup tinggi maka dipastikan mereka akan terisolir. Paling cepat mereka terisolir selama 2 jam namun jika hujan berlangsung lama dan intensitasnya tinggi maka dipastikan kampung mereka terputus cukup lama. Kondisi ini hampir setiap tahun mereka alami.

Di padukuhan tersebut ada dua crossway yang melintang di atas sungai Prambatan. Crossway pertama dibangun dengan ketinggian sekitar 1,2 meter di atas dasar sungai dan crossway satu lagi dibangun sekitar 0,5 meter di atas dasar sungai. Sebelum ada pembangunan, kedua crossway memiliki ketinggian sama 0,5 meter. 

Wilayah Kedungwanglu memang berada di ujung Kapanewon Playen yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bantul. Wilayah ini cukup terpencil karena untuk masuk ke padukuhan tersebut harus melalui jalan corblok sejauh 2 kilometer dari jalan utama Paliyan-Purwosari. 

"Kalau pas banjir dan ingin tetap keluar, kita harus jalan kaki naik bukit jaraknya lebih jauh capai 10 kilometer lebih,"paparnya

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini