Kisah Haru Dua Orang Tua Wakili Mendiang Sang Anak Terima Ijazah saat Wisuda UGM

Di atas panggung sudah ada Rektor UGM Ova Emilia didampingi didampingi Dekan Fakultas Kehutanan untuk menyerahkan ijazah sang anak.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 21 Februari 2024 | 17:10 WIB
Kisah Haru Dua Orang Tua Wakili Mendiang Sang Anak Terima Ijazah saat Wisuda UGM
Jono (73) dan Ngadinah (58) yang mewakili sang anak, Dewi Sekar Rumpaka, menerima ijazah dalam prosesi Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Rabu (21/2/2024). (Dokumentasi: Humas UGM).

SuaraJogja.id - Momen mengharukan terjadi pada prosesi Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan di Universitas Gadjah Mada atau UGM yang berlangsung pada Rabu (21/2/2024). Ada dua orang tua yang tengah berbangga saat mengambil ijazah kelulusan mendiang anaknya. 

Kedua orang tua itu adalah Jono (73) dan Ngadinah (58). Mereka dipanggil secara khusus untuk mewakili sang anak, Dewi Sekar Rumpaka, yang telah berpulang pada tanggal 26 Januari lalu. 

Air mata haru sekaligus bangga tak kuasa ditahan oleh Jono dan Ngadinah. Sambil melangkah ke panggung, mereka membawa pigura berukuran 40x60 cm dengan potret anak kesayangan mereka. 

Di atas panggung sudah ada Rektor UGM Ova Emilia didampingi didampingi Dekan Fakultas Kehutanan untuk menyerahkan ijazah sang anak.

Baca Juga:Prabowo-Gibran Unggul di Quick Count, Undecided Voters hingga Gen Z Disebut Beri Kontribusi Signifikan

"Senang sekali dan bangga yang memberi ijazahnya Bu Rektor sendiri. Anak saya kalau tahu pasti bahagia, ya biar dia tenang di sana," kata Ngadinah. 

"Perjuangannya selama dia kuliah empat tahun lebih masuk keluar hutan, kalau ngambil data itu sekarang membawakan hasil, berhasil menjadi sarjana. Saya juga ikut bangga. Walaupun Dewi sudah gak ada," imbuhnya.

Ngadinah bercerita sang putri Dewi sendiri harus berpulang kepada Tuhan usai mengalami kecelakaan. Dewi terlibat kecelakaan saat perjalanan menuju kampus untuk mengikuti sidang skripsi beberapa bulan sebelumnya.

Sebenarnya Dewi sempat keluar masuk rumah sakit untuk mendapat perawatan. Namun kondisi kesehatannya tak membaik hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir di RSUP dr. Sardjito. 

Di mata kedua orang tuanya, Dewi adalah sosok yang periang dan tak pernah mengeluh dengan keadaan. Dewi disebut sebagai anak yang juga tekun dalam menuntut ilmu sejak dulu hingga kuliah. 

Baca Juga:Diikuti Ribuan Mahasiswa 13 Kampus di DIY, Paslon AMIN Unggul di TPS Khusus UGM

Semangat Dewi pun tak surut ketika masa pemulihan pasca kecelakaan. Ia tetap bersemangat untuk segera mengikuti pendadaran dan menunaikan tugasnya sebagai seorang mahasiswa.

"Dia itu anaknya periang ceria kalau di rumah ada dia itu suasana rumah itu jadi hangat jadi ceria. Sama adiknya itu sayang sekali, kalau adiknya kemana-mana dianterin, kalau ngerjain PR gak bisa dia bantuin," ungkapnya.

"Kehilangan Dewi kayak kehilangan separuh nyawa. Rumah jadi sepi, adanya orang pada sedih nangis. Dia kan anak kesayangan bapaknya. Pokoknya dia kayak matahari keluarga lah," imbuhnya.

Disampaikan Ngadinah, putrinya tersebut konsisten mendapat peringkat pertama ketika masih duduk di bangku sekolah. Hingga kemudian berhasil diterima kuliah di Fakultas Kehutanan UGM melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). 

Dalam perkuliahannya pun Dewi juga termasuk mahasiswi yang berprestasi. Dewi dinyatakan lulus dengan predikat cum laude, dengan Indeks Prestasi Kumulatif sebesar 3,86. 

Ngadinah menuturkan bahwa Dewi sempat mengungkapkan rencananya untuk segera bekerja selepas lulus. Ia bercita-cita untuk dapat mengumpulkan uang guna membiayai studi adiknya dan membayar utang orang tua.

"Dosen-dosennya menyuruh supaya S2 nanti diusulkan jadi dosen, tapi dia maunya bekerja dulu," imbuh sang ayah, Jono.

Kendati tidak sempat mengikuti pendadaran, Dewi telah dinyatakan lulus kuliah berdasarkan rapat senat fakultas. Hal itu berdasarkan rekam jejak studi Dewi yang baik.

Dekan Fakultas Kehutanan, Sigit Sunarta menuturkan bahwa Dewi memang dikenal cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Selain itu Dewi turut terlibat dalam sejumlah penelitian yang dilakukan dosen pembimbingnya.

Skripsi Dewi yang berjudul "Distribusi Spasial dan Temporal Vokalisasi Tokek Hutan di Kawasan Hutan Desa Tahawa Kalimantan Tengah" bahkan memperoleh predikat A berdasarkan penilaian para penguji. 

Sebagai bentuk penghargaan untuk dedikasi Dewi dalam melakukan riset, pihak fakultas pun berencana untuk menulis ulang skripsi tersebut untuk dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. 

"Kalau boleh saya katakan bahwa ini mungkin tingkatannya sudah ada di tingkat S2, tapi ini di S1, sudah sangat-sangat bagus. Saya berharap ilmu ini bisa dikembangkan oleh teman-teman yang lainnya karena ini sangat penting dan berguna bagi masyarakat,” tutur Sigit. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak