SuaraJogja.id - Bondan Nusantara dikenal sebagai salah satu maestro Seni Ketoprak asal Yogyakarta. Namun, seniman yang meninggal pada 2022 lalu tersebut ternyata minim penghargaan.
Kondisi ini berbeda penyair Joko Pinurbo atau Jokpin. Tak hanya Anugerah Kebudayaan, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X bahkan sempat membacakan puisi karya Jokpin dalam peringatan 40 hari meninggalnya seniman tersebut.
"Apresiasi masih belum cukup untuk bondan dengan jasa-jasanya pada seni ketoprak," ujar seniman ketoprak, Bambang Paningron dikutip Sabtu (8/6/2024).
Padahal, menurut Bambang, Bondan menjadi salah satu tokoh penting dalam melakukan regenerasi para seniman ketoprak di Yogyakarta. Bahkan Bondan sempat membentuk tim pengembangan ketoprak di kota ini agar eksistensi seni budaya tradisi tersebut.
Baca Juga:Hampir Punah, 25 Karya Budaya Jogja Terima Sertifikat Warisan Budaya Takbenda
Berkat upaya pelestarian ketoprak tersebut, saat ini ada regenerasi seniman ketoprak berjalan dengan cukup baik. Ada lebih dari 2.500 seniman ketoprak yang eksis di beberapa komunitas seni.
Tak hanya menjadi seniman ketoprak, Bondan juga menulis lebih dari 150 naskah lakon. Dia bahkan menjadi sutradara ketoprak 500 pementasan.
"Perjalanan bondan mengikuti [dunia ketoprak] hingga memunculkan tim pengembangan ketoprak mengikuti [minat] anak muda. Selama pandemi terlihat muncul potensi anak-anak muda hingga pemain ketoprak saat ini sangat banyak dijumpai," paparnya.
Bambang menambahkan, Bondan identik dengan ketoprak. Seluruh hidupnya dicurahkan untuk dunia ketoprak karena dari 70 tahun kehidupan, sepanjang itu pula ia berketoprak.
Karena itulah para seniman ketoprak mencoba menggelar pertunjukkan ketoprak pada 11 Juni 2024 mendatang dengan judul Rembulan Wungu yang dibuat Bondan pada 2002 lalu. Pergelaran khusus ketoprak itu khusus untuk memberikan penghargaan pada Bondan.
"Kami ingin mengenang sebagai sosok pejuang kebudayaan, peradaban DIY pada umumnya," tandasnya.
Kasi Penyajian dan Pengembangan Seni Budaya TBY, Anggoro Prasetyo mengungkapan, Gelar Karya Maestro diadakan setiap tahun sebagai bentuk kepedulian TBY untuk mengapresiasi para maestro seni budaya. Diharapkan penyelenggaraan tersebut nantinya dapat dijadikan sebuah agenda atau kegiatan yang bisa memberi motivasi kepada seluruh seniman dan budayawan muda di DIY.
"Kegiatan ini juga memberi penghargaan bagi seorang maestro baik yang sudah meninggal ataupun belum. Untuk mementaskan kembali atau menggelar kembali karya mereka untuk dikenalkan kepada publik. karena seorang maestro merupakan aset yang bisa diarsipkan sebagai pejuang seni budaya untuk memajukan kesenian di DIY, sehingga sangat layak kita berikan apresiasi berwujud gelar karya maestro," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi