Riwayat Tahu Guling Mbah Joyo Godean, Resep Turun Temurun yang Jadi Langganan Presiden

Lapak Tahu Guling Mbah Joyo Godean berada di Pasar Godean. Namun semenjak revitalisasi total pada tahun 2023 lalu, lapaknya pindah ke lokasi sementara.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 01 September 2024 | 13:55 WIB
Riwayat Tahu Guling Mbah Joyo Godean, Resep Turun Temurun yang Jadi Langganan Presiden
kedai tahu guling mbah Joyo Godean yang jadi langganan presiden. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJogja.id - Dihimpit makanan serba cepat dan instan, Lasirah masih tetap ulet dengan tahu gulingnya. Tetap mempertahankan ciri khas racikan tangan turun temurun, Tahu Guling Mbah Joyo Godean kini kian melegenda. 

Mata berseri dengan senyum lebar, seorang perempuan tua berdiri di salah satu sudut Pasar Godean, Sleman. Ia menyambut hangat setiap pengunjung yang datang sekalipun hanya melewatinya.

"Monggo (silakan) pak, monggo bu," kata perempuan itu.

Pembeli tak begitu ramai saat itu, ia hanya berdiri di belakang gerobaknya yang mungkin lebih tua dari umurnya. Beberapa bungkus sudah tersedia di atas gerobak tersebut.

Baca Juga:Jejak Pungli di Lapas Cebongan: Polisi Kejar Pelaku Lain, Tersangka Bersikukuh Tak Bersalah

Menunggu kedatangan Presiden Jokowi yang berencana meresmikan revitalisasi Pasar Godean cukup membuat beberapa orang lapar. 

"Setunggal nggih mbah (satu ya mbah), dimakan sini," kata seorang pelanggan.

Masih dengan cekatan, perempuan lanjut usia mempersiapkan semua yang dibutuhkan. Mulai dari mengambil piring, meracik bumbu, hingga memasukkan semua bahan dan menyajikannya.

"Kalau simbok (ibu) saya ya sejak 1942. Lalu saya dari 1985. Resep asli dari simbok dan bapak," kata Lasirah ditemui SuaraJogja.id di Pasar Godean, beberapa waktu lalu.

Perempuan berumur 72 tahun itu merupakan pewaris asli dari Joyo Sudiyono, seorang penjual tahu guling di Pasar Godean. Lapaknya kini lebih dikenal dengan nama Tahu Guling Mbah Joyo Godean.

Baca Juga:Laporkan Temuan Objek Diduga Cagar Budaya, Sejumlah Warga DIY dan Jateng Diberi Penghargaan

Dia merupakan generasi kedua yang mewarisi usaha turun temurun keluarganya sejak sebelum Indonesia merdeka. Lasirah sendiri mulai berjualan menggantikan sang ibu sejak 1985 silam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak