Dapat Panggilan dari Susi Pudjiastuti, Inovasi Petani di Bantul Ini Bikin Mantan Menteri Kepincut

Video tersebut memperlihatkan bagaimana ia hanya perlu memberi perintah suara kepada Google Assistant.

Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 05 September 2024 | 13:43 WIB
Dapat Panggilan dari Susi Pudjiastuti, Inovasi Petani di Bantul Ini Bikin Mantan Menteri Kepincut
Petani yang juga merupakan anggota kepolisian di Bantul menunjukkan cara dia mengelola sawah dengan bantuan teknologi berupa Google Assistant, Rabu (4/8/2024). [Kontributor Suarajogja.i/Julianto]

SuaraJogja.id - Anto Harmoko, warga Dusun Samiran Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Bantul ini belakangan viral. Videonya saat beraktivitas di sawah mendadak mendapat sorotan warganet karena dianggap tak lazim dilakukan seorang petani. Lelaki berumur 43 tahun ini viral karena mengoperasionalkan mesin penyemprot air di sawahnya hanya dengan suara di telepon genggamnya.

Baru-baru ini, sebuah video yang menunjukkan lelaki ini menyiram kebun cabai miliknya menggunakan inovasi temuannya diunggah di akun Instagram @pemkabbantul dan menjadi viral.

Video tersebut memperlihatkan bagaimana ia hanya perlu memberi perintah suara kepada Google Assistant untuk memulai penyiraman, suatu inovasi yang belum banyak diterapkan di dunia pertanian.

Tak ayal, postingan ini mendapatkan beragam reaksi dari netizen, termasuk mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti. Bahkan melalui akun X miliknya, Susi tertarik untuk mengundangnya. Susi berkomentar di akun X @txtfromjogja yang mengunggah ulang video saat Anto menyiram tanaman cabai miliknya.

Baca Juga:Ikuti Perkembangan Zaman, Pelaku UMKM Gunungkidul Didorong Jual Produk Manfaatkan Teknologi

"Berkenan ke Pangandarankah dan bantu setting hal yang sama di sini?" tulis Susi.

Setelah dikonfirmasi, ternyata dia adalah anggota Polri aktif yang kini bertugas di Unit Sabhara Polsek Kretek. Lelaki berpangkat Aipda ini belum lama pindah dari Sat Brimob Gondowulung. Ia memang menekuni pertanian layaknya warga Kalurahan Parangtritis pada umumnya dengan membudidayakan tanaman bawang merah dan cabai.

Meskipun di lahan yang ukurannya kecil hanya 300 meter persegi, namun dia tidak patah semangat. Bahkan, Pria berusia 43 tahun ini berhasil memanfaatkan teknologi modern, yaitu Google Assistant untuk melakukan penyiraman sawahnya secara otomatis. Dengan inovasinya ini, dia kini tidak perlu susah-susah lagi melakukan penyiraman dan tentu menghemat biaya operasional.

"Ya sekarang kalau ke sawah tidak melulu aktivitas fisik. Datang saja, tinggal pegang handphone sudah bisa," ujar dia sembari tertawa.

anggota Polri yang bertugas sebagai Banit Samapta Subsektor Polsek Kretek ini, berhasil mengembangkan teknologi tepat guna berbasis Internet of Things (IoT).

Baca Juga:Mengenal PicoWay Laser, Teknologi Perawatan Kulit yang Viral di Jogja

Teknologi ini memungkinkan penyiraman sawah dilakukan secara menyeluruh dengan bantuan Google Assistant, yang menghubungkan berbagai perangkat elektronik untuk menyirami tanaman secara efisien.

Diapun mengaku menemukan perangkat tersebut secara otodidak dengan belajar melalui media sosial ataupun YouTube. Karena sebelumnya dia tidak memiliki kemampuan khusus di bidang teknologi. Sehingga di tengah kesibukannya menjadi anggota Polri, dia mencoba belajar teknologi melalui video di smartphone-nya.

"Saya terapkan sejak listrik masuk di area persawahan Parangtritis sekitar tahun 2022. Kalau belajarnya ya lama, pasang gagal-pasang gagal," terang Anto saat ditemui di kebunnya di Parangtritis, Kretek, Bantul, Rabu (4/9/2024) kemarin.

Menurutnya, ide ini diawali karena kesibukannya sebagai anggota Polri, sehingga harus bisa membagi waktu antara berdinas dan mengelola sawah. Dia berpikir bagaimana agar dua bidang yang berbeda tersebut dapat dia jalankan dengan efektif.

Dia berpikir keras bagaimana agar pertanian yang dia geluti tak mengganggunya sebagai anggota Polri.

"Karena kesibukan saya sebagai anggota Polri, namun disisi lain saya harus mengelola sawah, sehingga dengan inovasi ini, saya dapat membagi waktu secara efektif, sawah tetap terkelola dengan baik, tanpa mengganggu waktu tugas saya," terang Anto.

Anto, yang tergabung dalam Gapoktan Ngudi Makmur Samiran, Parangtritis ini mengaku terinspirasi dari sebuah video YouTube tentang pemanfaatan Google Assistant dalam kehidupan sehari-hari. Dari situlah, dia mendapatkan ide untuk mengadaptasi teknologi tersebut bagi kebutuhan pertaniannya.

Dia tidak bisa merinci secara detail berapa biaya yang harus dia keluarkan untuk membeli peralatan. Karena dia membelinya sedikit demi sedikit tergantung dengan kemampuan finansial yang dimilikinya. Namun demikian, Anto menyebut jika peralatan yang digunakan cukup sederhana dan terjangkau.

"Peralatan yang saya beli antara lain smart plug, smart breaker, sprinkle air, pipa, modem internet, dan CCTV kalau CCTV. Kalau totalnya saya belum menghitungnya rinci wong saya belinya sedikit-sedikit. Mungkin ya sekitar Rp3 juta lebih, paling banyak ya peralonnya itu," paparnya.

Namun dia bersyukur, dengan peralatan yang dia ciptakan tersebut, mampu menghemat biaya dan tenaga sehingga lebih efisien. Bahkan untuk melakukan penyiramanpun kini dia tidak harus pergi ke sawah, dia bisa melakukannya dari mana saja asal terhubung dengan internet. Selama internet di sawahnya tidak ada kendala, maka pekerjaan penyiraman tanaman akan lancar.

Untuk mengontrol semua perangkat ini, Anto menggunakan aplikasi Smart Life yang dapat diunduh secara gratis di Google Play Store. Aplikasi ini memungkinkan Anto untuk mengontrol penyiraman di sawahnya yang memiliki luas sekitar 300 meter persegi hanya dengan perintah suara.

"Ini sekarang saya pasang di dua lahan saya. Satu dekat Balai Padukuhan Bungkus dan yang satu di bulak Parangtritis," tambahnya.

Ia mengakui, jika inovasi ini sangat membantu pekerjaannya menyirami tanaman cabai dan bawang merahnya. Sebelumnya, Anto masih memakai cara konvensional yaitu menggunakan mesin pompa air bertenaga bahan bakar minyak (BBM) untuk penyiraman. Penyemprotan pun dilakukan secara manual.

Ketika menyiram dengan memanfaatkan diesel, maka dia harus merogoh kocek sebesar Rp30 ribu sekali penyiraman.

Namun dengan memanfaatkan internet dan listrik ini, dia mengestimasi biaya yang dikeluarkannya hanya Rp2.000 untuk sekali penyiraman. Dia pun terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak