Dari SCI dan SCA yang ia kembangkan, Yazid dan Deri juga mendapat amanah untuk membangun pesantren bernama Pesantren Nuraini. Di mana santrinya diajarkan untuk dekat dengan teknologi dengan basis ilmu agama yang kuat.
Kembali ke SCI, Deri mengungkapkan bahwa SCI dan SCA memang dibuka untuk umum, dengan latar belakang keyakinan yang berbeda, peserta bisa ikut dalam praktik hingga materi yang diberikan.
"Kita pernah dapat peserta dari Nasrani dan Budha juga, dan memang tidak ada masalah. Kalau materi soal fiqih sebenarnya sudah dijelaskan sejak awal di pendaftaran dan mereka tidak keberatan," kata dia.
Beberapa materi di SCI tak melulu soal fiqih, namun ada muatan self development yang hampir seluruh calon ayah dan ibu perlu untuk melatihnya ketika sudah menjadi keluarga.
Baca Juga:Gangguan Kesehatan Mental Hantui Ibu Hamil di DIY: Minim Dukungan Keluarga hingga Krisis Psikolog
"Misal seperti mengenal diri kita sendiri, membuat vision board. Jadi ada papan mimpi yang mereka buat untuk masa depannya," sebut Deri.
Materi yang diberikan pertama kali, SCI ingin membongkar luka batin yang dimiliki oleh pesertanya. Meski calon ayah atau ibu ini merasa dalam kondisi yang positif dan merasa tak pernah memiliki masalah besar dalam hidup, tapi ada beberapa momen yang bisa membekas di pikirannya yang menjadi luka di batin mereka.
"Manusia itu kan tidak sempurna, pasti punya luka. Nah kami memberikan penyadaran kepada peserta untuk merawat luka itu untuk sembuh. Karena jika ia tak sadar memiliki luka, dia akan sombong, merasa tidak ada luka tapi malah menyakiti orang lain," ungkap dia.
Materi yang ditawarkan memang beranekaragam. Mulai dari self development, ilmu tentang seksologi, manajemen konflik di rumah tangga, praktik memandikan dan merawat bayi, penyadaran luka batin, manajemen keuangan, hingga diskusi-diskusi tentang fiqih Islam dalam berumah tangga.
Peserta SCI dan SCA juga nantinya diajak untuk berkemah di alam terbuka melakukan solo bivak. Peserta diajak ke bumi perkemahan yang ada di Sleman dan diminta untuk bertahan seorang diri dan tak boleh meminta bantuan peserta lain selama kegiatan ini berlangsung.
Baca Juga:Menanti Relokasi, Siswa SDN Nglarang Belajar Berdampingan dengan Debu Proyek Tol
Materi lainnya juga diajari dalam membela diri untuk calon ayah. Selain itu calon ibu juga diajari cara memanah dan menunggang kuda.
Banyaknya materi yang ditawarkan oleh SCI, Yazid menyebutkan bahwa memang memasang tarif untuk peserta. Harga yang ditawarkan pun sudah menyesuaikan ilmu dan kebutuhan selama kegiatan berlangsung. Dengan Rp900 ribu peserta diajak benar-benar memahami konsep ayah dan ibu dalam membangun keluarga yang sehat.

Melanjutkan Cetak Keluarga Harmonis
Mendekati akhir tahun 2024 fenomena perselingkuhan hingga KDRT yang dialami pasangan suami istri sangat masif. Tak hanya masyarakat, kalangan artis dan influencer pun mengalami hal serupa.
Kondisi ini tentu menciptakan rasa khawatir dan ketakutan oleh calon ibu dan ayah untuk membangun rumah tangga. Di sisi lain KDRT dan perceraian berpengaruh dengan kondisi anak di masa depan.
SCI menghadirkan antisipasi dengan cara menebar ilmu kepada para peserta agar lebih siap serta mampu menangkal polemik yang disebutkan di atas.