Tingkatkan Kualitas Produksi Padi, DP3 Sleman Dorong Peningkatan Keterampilan Petani

DP3 Sleman berupaya untuk meningkatkan kualitas produksi padi yang dihasilkan para petani di Sleman. Hal itu mengingat kualitas bakal jadi acuan HPP oleh Bulog.

Galih Priatmojo
Sabtu, 25 Januari 2025 | 20:55 WIB
Tingkatkan Kualitas Produksi Padi, DP3 Sleman Dorong Peningkatan Keterampilan Petani
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) DP3 Kabupaten Sleman melakukan pendampingan kepada petani di wilayah itu. ANTARA/HO-DP3 Kabupaten Sleman

SuaraJogja.id - Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta terus berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan budi daya padi kepada petani di wilayah itu agar kualitas dan kuantitas produksinya lebih tinggi.

"Karena kualitas produksi padi ini juga akan menjadi acuan dalam penentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) oleh Bulog, kualitas padi ini dilihat dari tingkat kadar air dan kadar hampa kemudian ditentukan HPPnya," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono di Sleman, Sabtu.

Menurut dia, dari hasil uji kualitas padi yang diselenggarakan Perum Bulog Kanwil Yogyakarta di Sleman pada Jumat (24/1) diperoleh data bahwa untuk sampel 1 padi memiliki kadar air 16,5 persen, kadar hampa 12,23 persen dengan HPP Rp6.075, sampel 2 kadar air 27,4 persen, kadar hampa 4,3 persen dengan HPP Rp6.200 dan sampel 3 kadar air 31,2 persen, kadar hampa 7,9 persen dengan HPP Rp6.200.

"Dengan hasil uji tersebut diharapkan agar Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) selain mengumpulkan data juga terus menerus mengupayakan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan budidaya padi para petani agar kuantitas dan kualitas produksinya lebih tinggi," katanya.

Baca Juga:Dinkes Sleman: Kasus Stunting 2024 Turun dari Tahun 2023 yang Capai 4,51 Persen

Ia mengatakan, saat musim hujan, intensitas cahaya matahari lebih sedikit, sedangkan berdasarkan penelitian, jumlah gabah isi juga ditentukan oleh teknik budidaya pada fase vegetatif dan kondisi cuaca.

"Terutama intensitas cahaya matahari 30 hingga 45 hari sebelum panen," katanya.

Suparmono mengatakan, untuk meningkatkan keuntungan petani dengan menurunkan tingkat kehilangan hasil sampai di bawah dua persen, petani dapat memanfaatkan alat mesin pertanian seperti "power thresher" atau "combine harvester".

"Jika gabah hasil panen dari sawah memiliki persentase butir hampa, kotoran dan butir rusak yang cukup besar, maka petani perlu melakukan proses pembersihan gabah sebelum jual ke Bulog atau sebelum proses penggilingan untuk meningkatkan mutu beras yang dihasilkan," katanya.

Ia mengatakan, penerapan prinsip-prinsip "Good Handling Practices" (GHP) dapat menghasilkan mutu gabah yang tinggi melalui penerapan teknologi, sistem dan cara panen yang tepat, penggunaan mesin perontok, teknologi pengeringan (sinar matahari dan alat pengering).

Baca Juga:Harga Cabai Meroket, Petani di Pesisir Selatan Kulon Progo justru Merugi, Ini Sebabnya

"Kemudian juga teknologi penyimpanan, yakni cara dan lama penyimpanan, dengan tujuan utama meningkatkan kualitas dan menekan susut hasil," katanya.

Manajer Pengadaan Perum Bulog Kanwil Yogyakarta Fansuri Perbatasi mengatakan, Bulog terus melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas Pertanian, Petugas PPL, Gapoktan, Penggilingan, terkait HPP yang baru.

"Ketentuan HPP baru ini berlaku mulai 15 Januari 2025. Melalui sosialisasi diharapkan ada pemahaman yang sama mengenai harga dan kualitas yang ditentukan," katanya.

Ia mengatakan, harga pembelian Bulog kepada petani sesuai dengan keputusan Kepala Badan Pangan Nasional RI Nomor 2 Tahun 2025, yaitu Gabah Kering Panen (GKP) di petani sebesar Rp6.500 per kilogram dengan kualitas kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen.

Kemudian Gabah Kering Panen (GKP) di penggilingan sebesar Rp6.700 per kilogram dengan kualitas kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen, GKG di penggilingan sebesar Rp8.000 per kilogram dengan kualitas kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa maksimal 3 persen.

"Selanjutnya Gabah Kering Giling (GKG) di gudang Bulog sebesar Rp8.200 per kilogram dengan kualitas kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa maksimal 3 persen serta Beras di gudang Bulog sebesar Rp12.000 per kilogram dengan kualitas derajat sosoh minimal 100 persen, kadar air maksimal 14 persen, butir patah maksimal 25 persen dan butir menir maksimal 2 persen," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini