SuaraJogja.id - Tragedi outing class yang menewaskan empat korban jiwa siswa SMPN 7 Mojokerto di Pantai Drini, Gunungkidul membawa duka yang mendalam di awal 2025 ini. Libur panjang Isra Miraj dan Imlek yang seharusnya menyenangkan berganti jadi kabar duka bagi keluarga karena kasus tersebut.
Karenanya untuk mengantisipasi kejadian serupa pada libur panjang ke depan, Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) DIY meminta kabupaten yang memiliki kawasan wisata pantai untuk menyediakan anggaran penambahan personel jaga saat musim libur panjang. Sebab tingginya volume wisatawan yang masuk ke kawasan pantai seringkali tidak dibarengi dengan jumlah petugas jaga.
"Personel kami sudah berupaya menjaga dan mengingatkan, tetapi jumlah pengunjung yang datang ribuan, sementara personel di lokasi hanya sekitar lima orang. Ini tentu menjadi tantangan besar dalam pengawasan [wisatawan]," papar Plt Kepala Satpol PP DIY, Noviar Rahmad di Yogyakarta, Rabu (29/1/2025).
Noviar mengungkapkan, petugas Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) sebenarnya bekerja maksimal dalam mengingatkan bahaya mandi di pantai pada para wisatawan di pantai, bahkan saat kecelakaan laut di Pantai Drini.
Baca Juga:Dua Korban Selamat Tragedi Pantai Drini Masih Kritis, Kini Jalani Perawatan di RSUP Dr Sardjito
Namun jumlah wisatawan yang ke pantai tidak sebanding dengan jumlah personil pengawas. Akibatnya pengawasan tidak bisa dilakukan secara optimal.
Ketika libur panjang, jumlah personel Satlinmas yang bertugas hanya sebanyak 328 orang di seluruh DIY tanpa ada tambahan walaupun ada dukungan dari Basarnas, Polairud, dan TNI AL untuk membantu pengamanan di kawasan pantai.
Petugas pantai pun, lanjutnya juga berjaga selama 24 jam dengan sistem shif. Saat peristiwa di Pantai Drini pada pukuk 06.30 WIB pun, petugas sudah berjaga di lokasi. Namun dengan jumlah pengunjung yang besar saat akhir pekan dan libur panjang, pengawasan mereka satu per satu tidak mungkin dilakukan.
Rambu larangan berenang sudah dipasang di lokasi-lokasi berbahaya, termasuk garis merah dan bendera merah sebagai tanda peringatan.
Namun masih banyak pengunjung yang mengabaikan imbauan tersebut. Mereka nekat bermain air hingga ke tengah pantai.
Padahal kontur Pantai Selatan berbeda dengan Pantai Utara. Di pantai selatan Yogyakarta, sebagian besar memiliki palung dan rip current atau arus balik yang berbahaya.
"Kami sudah sering mengingatkan lewat media sosial dan juga langsung di lokasi," sebutnya.
Karenanya Noviar berharap selain keterlibatan seluruh komponen masyarakat dalam pengawasan, terutama saat libur panjang, masalah pendanaan untuk petugas sebagai kendala utama juga perlu diperhatikan.
Peran dari dinas pariwisata kabupaten setempat sangat diperlukan. Salah satunya bisa menyisihkan retribusi wisata yang masuk ke pendapatan daerah untuk pembiayaan pengawasan saat libur panjang.
"Sehingga komponen masyarakat bisa ikut serta dalam menjaga keselamatan wisatawan agar tidak terjadi kecelakaan laut yang memakan korban," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi