Harga Anjlok Akibat Wabah PMK, Banyak Warga Gunungkidul Beli Borong Ternak Sapi

wabah PMK menyebabkan jumlah sapi yang diperjualbelikan di pasar hewan turun drastis. Dari yang biasanya bisa mencapai 400 ekor, belakangan cuma 90 ekor saja

Galih Priatmojo
Minggu, 09 Februari 2025 | 17:35 WIB
Harga Anjlok Akibat Wabah PMK, Banyak Warga Gunungkidul Beli Borong Ternak Sapi
aktivitas jual beli hewan ternak sapi di Pasar Hewan Siyono, Gunungkidul di tengah wabah PMK yang belum mereda. [Kontributor/Julianto]

SuaraJogja.id - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih menghantui peternak sapi di Indonesia, termasuk di Gunungkidul. Penyakit ini bahkan menyebabkan ratusan sapi mati dan berdampak pada anjloknya perdagangan ternak di pasar hewan.  

Namun, di tengah kondisi tersebut, justru banyak orang yang memanfaatkan harga sapi murah untuk memborong hewan ternak. Mereka akan menjualnya kembali ketika kondisi normal dengan harga tinggi. 

Lurah Pasar Sapi Siyono, Isnaningsih, mengungkapkan bahwa wabah PMK menyebabkan jumlah sapi yang diperjualbelikan di pasar hewan turun drastis. Sebelumnya rata-rata ada 400–500 ekor sapi per hari, kini hanya sekitar 90 ekor.

" Bahkan, pernah hanya ada 40 ekor sapi yang masuk pasar dalam sehari,"* kata Isnaningsih, Minggu (9/2/2025).  

Baca Juga:Demi Rakyat Gunungkidul, Gerindra Siap Bersinergi dengan Bupati dari Partai Rival

Dampak lain dari wabah ini adalah harga sapi yang anjlok hingga 50 persen dibanding harga normal. Banyak blantik (makelar sapi) yang memilih beralih menjadi blantik kambing, karena kambing dianggap lebih aman dari PMK.  

Menurutnya kondisi pasar Sapi Siyonoharjo sepi karena banyak pemilik sapi takut membawa ternaknya ke pasar karena khawatir tertular.  Namun ternyata banyak transaksi yang dilakukan di luar pasar sapi, langsung ke pemilik sapi

Banyak yang Justru Memborong Sapi Murah

Namun, anjloknya harga sapi justru dimanfaatkan sebagian orang untuk membeli dalam jumlah banyak. Mereka memborong sapi murah, merawatnya, dan menjual kembali saat harga normal.  

"Mereka beli dengan harga murah, lalu dirawat. Jika sapinya sakit, mereka mengobatinya dengan cara tradisional. Setelah sembuh, dijual lagi dengan harga lebih tinggi pas waktunya tepat, seperti besaran (lebaran haji),"ujar Isnaningsih.  

Baca Juga:DPKH Gunungkidul Selesaikan Vaksinasi PMK 3.000 Dosis pada Ternak

Salah satu peternak yang menerapkan metode ini adalah Heru Lawan, warga Padukuhan Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan. Salah satu sapinya sempat terkena PMK, tetapi berhasil sembuh setelah menjalani perawatan terpadu.  

Menurut Heru, saat pertama kali sapinya menunjukkan gejala PMK, ia langsung memberikan perawatan medis dengan bantuan dokter hewan. Selain suntikan dan vitamin, ia juga menggunakan pengobatan tradisional.  

"Saya memberikan minuman pertama berupa air garam, serta jamu rebusan dari kunyit dan gula jawa. Saya berikan dua hari sekali selama lima kali," ungkapnya.  

Hasilnya, sapi yang awalnya lemas kembali sehat dan nafsu makannya pulih. Keberhasilan ini memberikan harapan bagi peternak lain. Metode kombinasi antara pengobatan medis dan tradisional terbukti dapat membantu pemulihan ternak dari PMK.  

"Ini bisa menjadi inspirasi bagi peternak lain agar tidak panik saat sapi terkena PMK. Dengan perawatan yang tepat, sapi bisa sembuh dan tetap memiliki nilai jual,"kata Heru.  

Karena telah berhasil menyembuhkan sapi terpapar PMK, diapun kini membeli beberapa sapi untuk dipelihara. Dia bakal memberikan terapi yang sama agar sapinya bisa sehat dan jika sakit meski PMK sekalipun bisa segera sembuh. 

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak