Meski mengakui bahwa ada beberapa konten kreator yang menunjukkan sisi positif, seperti mengangkat cerita sejarah atau budaya lokal, namun akhir-akhir ini banyak di antaranya justru menabrak tatanan nilai yang berlaku di masyarakat.
"Harus ada yang mengarahkan. Kalau tidak bisa diarahkan, maka peran warga untuk melarang menjadi sangat penting. Jangan sampai wilayah-wilayah sakral ini terusik hanya demi viralitas semata," tegas Kyai Achid.
Pemerintah daerah dan dinas kebudayaan diharapkan segera turun tangan untuk menyusun regulasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat digital, agar situs-situs sakral tidak hanya terlindungi, tetapi juga digunakan secara bijak untuk kepentingan pelestarian budaya.
Sebelumnya, sejumlah konten kreator memang memanfaatkan berbagai macam lokasi yang ditengarai memiliki cerita mistis.
Baca Juga:Jengah Gelombang Aksi Massa Tak Dihiraukan Elit, Masyarakat Tradisi Jogja Gelar Teatrikal Budaya
Sebut saja akun TikTok Bangku Kosong, tak jarang mereka menunjukkan kondisi tempat seperti rumah atau bangunan kosong yang lama ditinggali penghuni.
Sejumlah kreator ini melakukan live streaming dan menunjukkan kondisi bangunan ketika malam hari. Bahkan tak jarang yang menantang penunggu lokasi tersebut.
Mereka juga tak jarang menyematkan sejumlah drama yang membuat penonton live bereaksi di kolom komentar. Ironisnya drama yang dia buat justru menantang makhluk tak kasat mata.
Tujuannya pun jelas, kreator menarik jumlah pengikut dan menerima gift dari para penonton yang di mana gift tersebut bisa ditukar ke dalam bentuk uang.
Kontributor : Julianto
Baca Juga:Kritik Lewat Merchandise: "Kemenyan RI" dan Pesan Menyentil dari Seniman Jogja untuk Pemerintah