Sementara Warga Mantrijeron, Muslim mengungkapkan, hingga saat ini belum ada informasi keberadaan gerobak yang bisa mengangkut sampah di kampungnya dari RW maupun kalurahan.
Dia khawatir akan ada penggerobak yang 'nuthuk' atau semena-mena menerapkan harga pengambilan sampah milik warga.
"Kan tidak semua warga mampu secara ekonomi untuk bayar penggerobak," tandasnya.
Sementara Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo saat dikonfirmasi mengungkapkan pihaknya memanggil Lurah Gowongan untuk mengatasi kesulitan warga dalam membuang sampah.
Baca Juga:'Saya Hidupkan Semua!' Wali Kota Jogja Kerahkan 10 Mesin untuk Tangani 300 Ton Sampah Per Hari
"Warga masalah [tidak ada] gerobak, kita panggil lurahnya. Kita beri tahu, harus sosialisasi terus. Harus sabar. Saya terima kasih, diberitahu kemudian saya panggil lurahnya," kata Hasto.
Hasto menambahkan, Pemkot baru akan menggelontorkan sejumlah gerobak sampah ke tingkat kalurahan pada Juli 2025 nanti saat ada anggaran perusahaan.
Karenanya RW yang belum memilik gerobak hingga saat ini tetap bisa membuang sampah di TPS kecil yang dimiliki.
Namun pihak RW maupun kalurahan diminta mengusahakan gerobak secara mandiri terlebih dulu untuk membawa sampah warga sebelum dibawa ke depo.
"Berarti yang belum siap untuk gerobaknya, warga masih bisa dibuang dengan TPS kecil. Tetapi dengan gerobak, bukan pribadi-pribadi. Bisa diselesaikan dengan RW dan dengan lurah," ungkapnya.
Baca Juga:Solusi Anti-Pesing Ala Jogja: Pampers Kuda untuk Andong Malioboro, Ini Kata Kusir
Hasto menambahkan, Pemkot berencana menutup 31 TPS berskala kecil di Kota Yogyakarta. Penutupan dilakukan secara bertahap yang dimulai dua pekan mendatang.