Psikolog UGM Soroti Peran Literasi Digital dan Kontrol Diri

Kelompok renta mulai dari orang tua, remaja serta individu dengan literasi digital rendah akan lebih mudah terpapar dampak psikologis dari berita negatif.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 12 April 2025 | 17:46 WIB
Psikolog UGM Soroti Peran Literasi Digital dan Kontrol Diri
Ilustrasi frustrasi (Pexels/Tim Gouw)

Ia juga menyoroti pentingnya dukungan emosional antarsesama. Menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi adalah bentuk dukungan sederhana namun bermakna, terutama bagi mereka yang sedang tertekan.

"Sadari, mungkin mereka butuh didengarkan dan dipahami tanpa diberikan penilaian atau non-judgemental atas keresahan-keresahan yang muncul akibat banjirnya berita negatif yang diterima," ujarnya.

Namun, ia mengingatkan pentingnya mengenali kondisi diri sebelum menolong orang lain. Jika belum siap secara emosional, lebih baik menghubungkan orang tersebut ke tenaga profesional.

"Sebelum membantu, kita harus aware terhadap kondisi mental kita terlebih dahulu. Jika dirasa tidak siap maka hubungkan dengan profesional seperti psikolog, psikiater atau konselor," tambahnya.

Baca Juga:IHSG Masih Jeblok Jadi Momentum Berinvestasi? Simak Tips dari Dosen Ekonomi UGM

Ilustrasi kesehatan mental. (Pixabay/@Wokandapix)
Ilustrasi kesehatan mental. (Pixabay/@Wokandapix)

Terakhir, Pamela menekankan bahwa peran institusi pendidikan dan komunitas di era sekarang sangat vital. Selain membekali generasi muda dengan literasi digital dan mental, komunitas juga bertanggung jawab membentuk ruang publik yang bebas hoaks dan ujaran kebencian.

"Melalui kerja kolektif, komunitas dapat berkontribusi dalam memverifikasi keakuratan informasi yang beredar, menyebarkan konten yang berimbang antara berita positif dan negatif, serta menumbuhkan empati dan solidaritas antaranggota masyarakat," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak