SuaraJogja.id - Hilangnya pakaian saat dimasukan dalam layanan laundry bagi sebagian orang menjadi hal yang menyebalkan.
Begitu pula bagi Aspuri Ahmad, seorang pemuda asal Yogyakarta.
Kehilangan kaos favoritnya di laundry meninggalkan jejak mendalam.
Namun dari pengalaman sebagai anak kos yang sering kehilangan pakaiannya, ia kemudian menemukan alasan untuk berinovasi.
Baca Juga:Remisi Kemerdekaan: 144 Napi Gunungkidul Dapat Angin Segar, 7 Langsung Bebas!
Berawal dari Baju yang Tak Kembali
"Background di awal karena kita dulu anak kos beberapa kali laundry yang kita transaksikan di outlet itu hilang dan beberapa baju itu yang kami anggap premium lah, memorable," kenang Ahmad saat ditemui, Selasa (19/8/2025).
Berangkat dari pengalaman itu, ia dan teman-temannya yang baru lulus kuliah mulai berpikir bagaimana caranya agar konsumen bisa memantau pakaian mereka saat di laundry.
Ide itu muncul dalam sebuah format aplikasi digital.
"Kita berpikir pada saat itu baru lulus kuliah, berpikir gimana membikin aplikasi biar kita bisa pantau [baju di laundry], konsumen bisa pantau, kasir bisa pantau, owner bisa pantau, terciptalah itu aplikasi," ujarnya.
Baca Juga:Wajah Pengendara Honda Jazz di Bugisan Terungkap, Polisi Tetapkan Warga Klaten Jadi Tersangka
Aplikasi yang diberi nama 1010Dry itu lantas lahir dengan fitur sederhana.
Awalnya hanya berupa nota digital yang bisa dikirim lewat WhatsApp, hanya sebatas digitalitasi saja.
"Dulu simple banget, nota digitial bisa kirim ke wa. Memindahkan manual ke kertas, lalu kertas ke WA. Cuma digitalisasi saja," ucapnya.
Namun seiring waktu, aplikasi yang mulai dikenal masyarakat itu menangkap berbagai keresahan pemilik outlet laundry. Hal itu yang kemudian mendorong lahirnya fitur-fitur baru.
"Awalnya masih minim banget, untuk yang versi pro ini itu, semakin lengkap lagi. Ternyata ketika dikembangkan ada banyak keresahan dari owner kayak pengen ada fitur a, b, c," ungkapnya.
Kini salah satu fitur yang cukup penting dan disenangi oleh owner jasa laundry yakni laporan keuangan.
"Salah satunya ya fitur laporan keuangan itu, karena kadang rekap kasir sama rekap owner itu beda selisihnya, banyak selisih sehingga rekap dari awal lagi. Dengan aplikasi ini jauh lebih ter-manage," tuturnya.
Menjaga Pakaian, Menjaga Kepercayaan
![Sejumlah anak muda menunjukkan aplikasi 1010Dry yang telah digunakan oleh ribuan outlet laundry di Indonesia, Selasa (19/8/2025). [Hiskia/Suarajogja]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/19/81018-aplikasi-laundry-di-jogja.jpg)
Seiring berkembangnya waktu, fitur-fitur tambahan terus bermunculan. Ada sistem shift, layanan untuk laundry self service, hingga fitur kasbon untuk karyawan dan masih banyak lagi.
"Jadi sekarang kalau gaji juga bisa langsung, bonus, potongan misalkan, atau si karyawan mau kasbon bisa [lewat aplikasi]," ucapnya.
Meski begitu, Ahmad bilang salah satu yang paling menarik tetaplah pada pelacakan pakaian, sesuatu yang dulu membuatnya resah.
Pelacakan di sini lebih kepada pendataan data per item yang dimasukkan ke laundry. Pendataan bisa dilakukan oleh konsumen sendiri, pegawai hingga dipantau oleh owner.
"Tahapannya itu ketika order datang ke laundry ditimbang, kemudian kasir akan menghitung ada atasan, tergantung owner ada yang pengen lengkap, atasan berapa celana berapa, kaos berapa itu nanti dihitung, ada checkbox-nya," terangnya.
"Sampai proses setrika dan packing. Si owner bisa ngecek dari dashboard terus kasir bisa checking dari aplikasi kasir dan konsumen bisa cek dari aplikasi atau nota digital," imbuhnya.
Menurutnya, sistem ini bukan hanya soal hitungan, tapi juga menjaga kepercayaan.
"Nanti dari tahapan awal sampai akhir hitungan harus sama. Kalau ada yang beda ini tinggal tracking oh diproses setrika ada yang kurang baju ini," ucapnya.
Apliaksi 1010Dry ini, kata Ahmad seolah sebagai jembatan untuk mencegah kehilangan demi kehilangan di lokasi laundry.
Namun jika memang terjadi tindaklanjut tetap sesuai aturan dari masing-masing outlet laundry.
"Mengupayakan baju hilang tergantung outlet, aplikasi hanya menjembatani saja, untuk meminimalisir untuk terjadinya kehilangan," tandasnya.
Dari Jogja untuk Ribuan Outlet
Berawal dari keresahan hilangnya baju, kini perjalanan anak-anak muda tersebut berhasil membawa aplikasi buatan anak Jogja ini meluas ke ribuan outlet laundry di Indonesia.
Tercatat setidaknya sudah ada 2.843 outlet laundry di berbagai penjuru tanah air.
Angka itu dinamis dan hampir dipastikan bertambah setiap saat.
"Di Jogja sendiri mungkin 200-an outlet yang menggunakan aplikasi ini," ucapnya.
Menariknya, Ahmad bilang pengguna pertamanya justru datang dari Palangkaraya.
"Owner pertama dulu yang mencoba aplikasi 1010Dry malah dari Palangkaraya, sampai sekarang masih," ujarnya.
Kini tim mereka semakin solid, terdiri dari 13 orang founder, co-founder, hingga anggota yang berasal dari berbagai kampus.
Secara legalitas, startup mereka berdiri sejak 2018, namun Ahmad menyebut bahwa semangat membangun aplikasi ini sudah ada sejak 2017.
Uniknya, perjalanan ini ditempuh tanpa modal besar dari investor.
Pendanaan sejak awal hanya menggunakan sistem bootstrap dalam istilah startup atau bertumbuh secara organik.
"Pendanaan bootstrap, dari awal kita belum ada investment masuk, tidak ada hutang ke bank," ungkapnya.
Delapan Tahun Semangat dari Jogja
Sementara itu, Linda Pratiwi, selaku Public Relation 1010Dry, mengatakan bahwa semua kerja keras ini kembali pada satu cita-cita sederhana, tepatnya untuk lebih membantu UMKM laundry naik kelas.
"Garis besarnya kita ingin start up kita bermanfaat bagi UMKM minimal kita sasar satu UMKM yaitu laundry," kata Linda.
Linda menyebutkan bahwa aplikasi 1010Dry menggunakan sistem langganan yang cukup terjangkau untuk mengakses fitur-fitur itu.
"Langganan yang pro ada promo 60 ribu per bulan berarti 30 hari masa aktif. Itu per satu outlet," jelasnya.
Ia menambahkan ada pula free trial selama delapan hari serta promo khusus.
Hingga kini, aplikasi 1010Dry telah diunduh lebih dari 50 ribu kali di Playstore.