Mereka sepakat jangan ada satupun seniman yang lari.
Sebab bagi mereka, aksi grafiti itu bukan sekadar coretan.
Namun lebih dari itu merupakan pesan moral yang bisa terus menggema di ruang publik.
"Hadapi bersama. Tidak ada yang takut. Kalau ada tulisan 'Awas Intel' kemudian dihapus berarti memang ada yang tersinggung. Kalau mural dihapus, sejarah dan komunikasinya juga ikut hilang. Padahal isu ini nasional, musuh kami adalah DPR, bukan polisi. Tapi karena polisi jadi tameng, represif, memukul, menculik, ya kami tersinggung," ungkapnya.
Baca Juga:Ricuh Depan Mapolda DIY: 60 Orang Diamankan, Satu Pelajar Bawa Bom Molotov
Meski begitu, para seniman belum memutuskan apakah akan membuat karya baru dalam waktu dekat.
Mereka memilih melihat situasi, mengingat wajah mereka sudah banyak difoto saat kejadian.
Mereka sudah berkoordinasi dengan lembaga bantuan hukum (LBH).
Hal itu dilakukan agar posisi mereka lebih kuat. Di tengah tekanan, Kinky menegaskan mereka akan terus bersuara.
"Kalau kalian tidak menyenggol kami, kami tidak akan turun ke jalan. Tapi ketika ada yang berusaha membungkam, kami tidak akan tinggal diam. Kami pekerja seni, dan seni adalah suara rakyat," imbuhnya.
Baca Juga:Korban Luka Demo Capai 29 Orang di RSUP Sardjito, Satu Meninggal setelah Gagal Resusitasi Jantung
Kontributor : Putu Ayu Palupi