Sampah Sleman, Sisa Makanan jadi 'Biang Kerok', TPST Baru Terhambat Izin TKD

Empat kapanewon di Sleman (Depok, Ngaglik, Gamping, Mlati) hasilkan 40 persen (235,99 ton/hari) sampah Sleman di 2024 kemarin.

Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 28 September 2025 | 13:18 WIB
Sampah Sleman, Sisa Makanan jadi 'Biang Kerok', TPST Baru Terhambat Izin TKD
Ilustrsai sampah menumpuk di salah satu depo yang ada di DIY, Rabu (23/7/2025). [Kontributor/Putu]
Baca 10 detik
  • Sampah di wilayah Sleman masih didominasi oleh sisa sampah makanan
  • Terdapat 4 kapanewon yang menghasilkan sampah cukup banyak
  • TPST di Sleman diperkuat untuk menanggulangi persoalan sampah 

Sisanya berupa logam, kain, kaca, hingga kardus/kulit.

Peningkatan Sampah ke TPA Piyungan

DLH mencatat tren peningkatan sampah yang masuk ke TPA Piyungan dari Sleman.

Pada 2019, Sleman mengirim 184 tph dari total timbulan 699,12 tph. Angka tersebut naik menjadi 288 tph pada 2022.

Baca Juga:Jogja Terancam Wabah, Pengelolaan Sampah Buruk Picu Lonjakan DBD dan Leptospirosis

Untuk menekan beban TPA, Pemkab Sleman terus membangun dan mengoperasikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Saat ini terdapat tiga TPST yaitu, TPST Tamanmartani, Kalasan.

Lalu ada TPST Sendangsari yang berada di Minggir, dan TPST Donokerto, Turi yang masih diuji coba.

Rencana pembangunan TPST baru di Sumberarum, Moyudan, sempat diajukan.

Namun, realisasinya tertunda karena izin penggunaan Tanah Kas Desa (TKD) belum terbit.

Hingga kini, belum ada kepastian apakah pembangunan bisa dilanjutkan pada 2026.

Baca Juga:Bye-bye Sampah Numpuk, Jogja Luncurkan Tim Khusus Jemput Sampah Besar Langsung dari Rumah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak