Dulu Terjerat JI, Kini Keliling Jualan Mi Ayam: Perjalanan Penuh Lika-Liku Warjono Mencari Jalan Lurus

Mantan anggota JI, Warjono, kini berjualan mi ayam keliling untuk menafkahi keluarga. Setelah dipenjara, ia sadar kesalahannya dan ingin menebus masa lalu.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 30 September 2025 | 19:05 WIB
Dulu Terjerat JI, Kini Keliling Jualan Mi Ayam: Perjalanan Penuh Lika-Liku Warjono Mencari Jalan Lurus
Warjono eks napiter jaringan Jamaah Islamiyah (JI) saat diwawancarai, Selasa (30/9/2025). [Hiskia/Suarajogja]
Baca 10 detik
  • Mantan pengikut Jamaah Islamiyah kembali ke jalan yang lurus
  • Memiliki kesempatan kedua, Warjono memilih berjualan mi ayam yang halal
  • Keluarga dan tetangga sekitarnya menerima kehadiran Warjono sebagai pribadi yang baru

SuaraJogja.id - Semangkuk mi ayam hangat menjadi bukti sederhana bahwa hidup dapat memberi kesempatan kedua.

Hal itu berlaku bagi Warjono (49), pria asal Gunungkidul yang dulu terjerat jaringan Jamaah Islamiyah (JI).

Kini memilih menghidupi keluarganya lewat dagangan mi ayam keliling.

"Untuk menafkahi keluarga ya beraktivitas jualan mi ayam, keliling pakai motor," kata Warjono, kepada wartawan, Selasa (30/9/2025).

Baca Juga:Dulu Relawan Gempa, Kini Jualan Es: Perjalanan Berliku Eks Napi Teroris Kembali ke NKRI

Bagi dia, mi ayam kini merupakan jalan baru untuk menebus masa lalu sekaligus mencari keberkahan.

Warjono bercerita tentang perjalanan hidupnya yang tidak selalu mulus.

Sejak muda, ia sudah terbiasa berpindah-pindah pekerjaan sebelum terjerumus dalam jaringan terlarang itu.

"Saya lulusan SMA masih bingung mau apa, kerja apa, rantau tidak punya relasi. Lalu memberanikan diri ke Jogja. Ada teman, kakak, terus dari situ kerja proyek, jahit, bordir, jualan-jualan kemudian ditekuni," ungkapnya.

Di tengah proses mencari jati diri, ia menemukan pengajian yang mengena di hatinya.

Baca Juga:Pemkab Gunungkidul Tidak Naikkan PBB 2025 Demi Ekonomi Warga, Tapi Ingat Deadline-nya

Mulai dari pengajian itulah ia mulai mengenal pemikiran yang berseberangan dengan pemerintah.

Hal itu yang membuat ia tertarik sebab seperti kepribadiannya yang kritis terhadap sesuatu hal.

Namun Warjono mengaku awalnya tidak sadar bahwa forum yang ia ikuti merupakan bagian dari proses perekrutan jaringan.

"Kajian-kajian itu meng-counter kebijakan pemerintah, kemudian memasukkan pemahaman yang berserberangan dengan pemerintah," kenangnya.

Lama-kelamaan, materi pengajian yang awalnya umum berubah menjadi lebih eksklusif.

Warjono kemudian dibaiat atau resmi bergabung sebagai anggota JI pada 2006.

Ia diberi peran dalam pendanaan dan pengurusan legal formal sebuah yayasan.

Ia menyadari bahwa strategi organisasi saat itu adalah menyembunyikan aktivitas terlarang di balik wajah formal yang sah di mata hukum.

Perjalanan itu akhirnya membawanya ke balik jeruji. Pada 2021, Warjono ditangkap aparat sebab diduga terlibat dalam jaringan yang dilarang negara.

Ia divonis lima tahun penjara, namun hanya menjalani tiga tahun.

Masa-masa saat dia mendekam di balik jeruji besi itu, kata Warjono, menjadi momentum besar untuk berpikir ulang.

Pada waktu luangnya itu, Warjono lantas banyak membaca buku dan mendengarkan berbagai kajian dari ustaz lain.

Hingga pada akhirnya menyadari bahwa jalannya selama ini salah arah.

"Ya setelah perjalanan waktu yang panjang, banyak baca buku, mengambil literasi ustaz lain, terutama setelah penangkapan," tandasnya.

Keluarga terutama istri, menjadi pihak yang paling terpukul.

Saat penggeledahan, istrinya bahkan pingsan sebab sama sekali tidak mengetahui aktivitas yang dilakukan Warjono.

Selama ini, ia hanya mengira sang suami sibuk dengan pengajian dan kegiatan dakwah.

Meski begitu, ketika Warjono akhirnya bebas pada akhir 2024, sang istri bahkan lingkungan sekitar pun turut menyambutnya dengan baik dan memberi kesempatan kedua.

Kini, Warjono menatap masa depan dengan cara yang jauh berbeda.

Ia pernah mencoba membuka warung mi ayam, namun tidak berjalan lancar.

Akhirnya, ia memilih berjualan keliling yang dianggap lebih sesuai dengan kondisi dan kemampuannya.

"Melihat kuliner sepertinya bagus, kemudian dengan bantuan teman-teman, kita bikin warung mangkal tapi belum rezeki tidak jadi. Kemudian beralih jualan keliling," ungkapnya.

Meski masih menyesali masa lalu, ia kini ingin berkontribusi positif untuk masyarakat.

Warjono berpesan agar masyarakat tetap terbuka pada pengajian.

Kendati demikian, ia harus selektif dalam menyaring ajaran yang diterima.

"Jangan anti pengajian tapi yang penting bisa menyaring, kemudian baca buku. Buka wawasan lebih luas, ngobrol sama teman. Kalau ada sesuatu yang mengganjal langsung tanyakan," pesannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak