MBG jadi Biang Kerok Keracunan? Sultan HB X: Urusan Dapur Jangan Diserahkan ke yang Gak Paham!

Sultan HB X kritik program Makan Bergizi Gratis (MBG) karena masalah kompetensi pengelola dapur & keamanan pangan, sebabkan keracunan.

Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 24 Oktober 2025 | 13:43 WIB
MBG jadi Biang Kerok Keracunan? Sultan HB X: Urusan Dapur Jangan Diserahkan ke yang Gak Paham!
Ilustrasi petugas SPPG menyiapkan makanan di dapur MBG. [Ist]
Baca 10 detik
  • Kasus keracunan di DIY menjadi kritikan Raja Keraton Jogja
  • Raja yang juga sebagai Gubernur DIY juga mengingatkan jangan memberikan tanggungjawab ke bukan ahlinya
  • Penyimpanan dan pengelolaan makanan mentah harus dijaga 

SuaraJogja.id - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X kembali bersuara terkait carut marutnya pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah pusat.

Dalam pandangannya, masalah utama program ini bukan hanya pada jumlah porsi yang mencapai ribuan per hari, melainkan pada siapa yang mengelola dapur-dapur besar itu dan seberapa paham mereka soal keamanan pangan.

Hal itu penting mengingat kasus keracunan massal akibat MBG masih saja terus terjadi.

Di Yogyakarta, ribuan siswa jadi korban keracunan MBG yang dibuat dapur-dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Baca Juga:Makan Bergizi Gratis Diteruskan Meski Ratusan Siswa Keracunan, DIY Beri Pelatihan Penjamah Makanan

"Masalahnya, di pejabat banyak yang tidak pernah masak, tidak pernah ke dapur. Disuruh ngurusi [MBG], ora ngerti. Sayur bisa layu, daging bisa biru, berarti sudah beracun. Orang yang ngerti tidak perlu dokter untuk tahu itu," papar Sultan dikutip Jumat (24/10/2025).

Menurut Sultan, pengelolaan MBG tidak bisa diserahkan kepada pihak yang tidak memiliki kompetensi di bidang kuliner skala besar.

Ia mencontohkan, penyediaan 2.000 hingga 3.000 porsi makanan bukanlah hal sederhana.

Terlebih jika penyediaan makan porsi besar itu dilakukan oleh masyarakat yang biasa memasak untuk keluarga, bukan untuk ribuan orang.

Mereka tidak memiliki fasilitas atau sumber daya manusia yang memadai.

Baca Juga:Santap MBG, Puluhan Siswa SMA Muhammadiyah 7 Jogja Keracunan, Operasional SPPG Wirobrajan Dihentikan

"Kalau masaknya banyak, sampai 2 ribu porsi hanya oleh satu kelompok, yang namanya keracunan pasti akan terjadi. Kalau satu porsi daging 100 gram, untuk 2 ribu porsi berarti butuh 200 kilogram. Kalau tidak punya freezer, ditaruh di meja dua hari, warnanya bukan merah tapi kebiruan. Dimakan bisa bikin keracunan," tandasnya.

Sultan menyebut, distribusi tanggung jawab MBG mestinya perlu dipecah menjadi unit-unit kecil.

Hal itu penting agar lebih realistis dan aman.

"Dua ribu itu paket [menu], tapi dibagi subpaket. Kalau satu unitnya 50 porsi berarti ada 40 dapur. Gampangnya, jam 4.30 pagi sudah bangun, masak untuk 50 porsi. Kalau 100 porsi, ya jam 2 pagi sudah masak. Kalau dimakan jam 10, sayurnya pasti layu," ungkapnya.

Selain soal manajemen dapur, Sultan juga memperingatkan dampak ekonomi dari besarnya volume bahan pangan yang dibutuhkan MBG.

Menurutnya, lonjakan permintaan bahan pokok seperti daging, ayam, sayur, dan telur berpotensi mendorong kenaikan harga di pasar.

"Ya otomatis berpengaruh [kenaikan bahan pangan]," tandasnya.

Sultan pun mengusulkan pemanfaatan Lumbung Mataram.

Dengan demikian upaya kebutuhan bahan pokok tidak semuanya diambil dari pasar, tapi dipasok oleh koperasi dan masyarakat desa.

Sultan berharap rantai pasok bahan pangan untuk program MBG dapat melibatkan koperasi lokal seperti Koperasi Merah Putih dan petani di pedesaan.

Ia mencontohkan, kelompok-kelompok di Lumbung Mataram dapat menanam sayur-sayuran seperti kangkung dan bayam.

Hasilnya dibeli oleh koperasi untuk disalurkan ke SPPG.

"Masyarakat padukuhan yang kurang beruntung kita sediakan tanah untuk tanam sebagai tambahan penghasilan dia. Yang menanam diambil Koperasi Merah Putih, lalu koperasi ini berkoordinasi dengan dinas agar hasilnya dibeli unit-unit yang mengerjakan makanan gratis. Harapan saya, masyarakat desa bisa menikmati uang tunai dari program ini," imbuhnya.

Terjadi Keracunan di Tiga Sekolah Sleman

Terbaru ratusan siswa di Sleman mulai jenjang SD-SMA diduga keracunan menu MBG, Jumat (24/10/2025).

Kasus keracunan ini melibatkan siswa dari tiga sekolah, yakni MAN 3 Yogyakarta (Mayoga) di Sleman, SMP Negeri 2 Mlati, dan SD Jombor Lor.

Saat ini beberapa siswa yang mengalami gejala itu sudah dibawa ke Puskesmas Mlati 2.

Pelaksana Tugas (Plt) Panewu Mlati, Arifin, mengatakan kasus ini mulai terpantau sejak Kamis malam.

Ketika itu sejumlah siswa sudah mengeluhkan gejala seperti pusing dan diare.

Jumlah siswa di Mayoga semalam ada 214 orang. Namun anak yang berobat dan dibawa ke Puskesmas Mlati 2 berjumlah 20 orang.

Sementara SMP 2 Mlati terdapat 35 siswa yang dilarikan ke puskesmas yang sama. Selanjutnya siswa dari SD sekitar 13 orang yang dibawa ke Puskesmas Mlati 2.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak