Sleman Darurat Stunting: 4 Kecamatan Ini Jadi Sorotan Utama di 2025

Stunting tertinggi di Sleman (Pakem, Minggir, Seyegan, Turi) disebabkan air tak bersih & pola asuh. Intervensi lintas sektor disiapkan, meski angka stunting Sleman di bawah nasional.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 02 November 2025 | 20:19 WIB
Sleman Darurat Stunting: 4 Kecamatan Ini Jadi Sorotan Utama di 2025
Ilustrasi stunting di Sleman. [Ist]
Baca 10 detik
  • Stunting di Sleman terus dilakukan upaya penekanan
  • Terdapat 4 Kapanewon yang jadi sorotan Pemkab untuk penanggulangannya
  • Anak yang sering sakit atau diare cenderung sulit menyerap gizi dengan baik

SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat empat kapanewon di wilayahnya masih menempati posisi teratas kasus stunting di 2025.

Masalah kebersihan air dan pola asuh orang tua disebut menjadi faktor utama.

Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama menuturkan empat kapanewon itu di antaranya Pakem, Minggir, Seyegan, dan Turi.

"Kalau kita mencermati data stunting yang ada di Kabupaten Sleman ini tertinggi atau empat tertinggi. Yang tertinggi pertama adalah di Pakem 6,5 persen prevalensinya, kemudian Minggir 6,2 persen, kemudian Seyegan 6 persen, kemudian Turi 5,9 persen," ungkap Cahya, dikutip Minggu (2/11/2025).

Baca Juga:Rem Mendadak Picu Tabrakan Beruntun di Sleman, 1 Orang Luka

Cahya bilang salah satu penyebab utama di wilayah itu adalah akses air bersih yang belum optimal.

Ia mengungkap, kualitas air di beberapa daerah masih mengandung bakteri E-Coli yang dapat menyebabkan diare pada anak.

"Salah satu masalah di sana adalah air bersih. Nah ini nanti ada intervensi supaya air ini tidak mengandung coli, karena coli ini bagaimanapun juga kalau dikonsumsi oleh keluarga nanti bayinya atau anaknya juga akan sering diare," ungkapnya.

Cahya menjelaskan, anak yang sering sakit atau diare cenderung sulit menyerap gizi dengan baik. Hal itu membuat risiko stunting dapat meningkat.

Selain faktor air, pola asuh dari orang tua yang tidak tepat serta kebiasaan merokok di dalam rumah masih menjadi tantangan besar di masyarakat.

Baca Juga:Dinkes Sleman Sebut Tren Kasus ISPA Naik, Sepanjang 2025 Tercatat Sudah Capai 94 Ribu

Disampaikan Cahya, membutuhkan intervensi lintas sektor untuk mengatasi persoalan stunting.

Tidak hanya di empat kapanewon tersebut saja tapi menyeluruh.

Pemerintah daerah tengah menyiapkan program kolaboratif bersama CSR dan lintas organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menekan angka stunting di kawasan tersebut.

Di beberapa kapanewon seperti Berbah, Gamping, Cangkringan, dan Mlati angka prevalensi stunting sudah berada di bawah 3,5 persen.

"Kemudian yang sudah rendah di Berbah itu hanya 3,2 persen, Gamping 3,4 persen, Cangkringan 3,6 persen, Mlati 3,3 persen,” ujar Cahya.

Ia menegaskan, pemerintah tidak akan berpuas diri meski angka stunting Sleman kini jauh di bawah rata-rata nasional yang masih di atas 20 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak