"Salah satunya adalah tawuran antar pelajar. Beberapa diantaranya mereka mengonsumsi minuman keras dan akhirnya bertindak kejahatan, saya pikir kasus kejahatan jalanan ini termasuk ke dalam pelemahan masyarakat terutama generasi muda. Nah hal-hal ini tidak disadari oleh masyarakat termasuk para pelajar. Jadi penting untuk menyelesaikan kasus kejahatan jalanan ini dengan melihat akar permasalahannya," kata Asep.
Asep menjelaskan bahwa kasus kejahatan jalanan itu dianalogikan sebagai balon yang panjang. Dimana ketika satu sisi ditekan, udara dari dalam balon berpindah ke sisi lain.
"Dalam kepolisian dikenal dengan teori balon. Saat kami fokus memburu pelaku di satu kawasan mereka akan berpindah ke kawasan lain. Nanti setelah kami kejar ke lokasi yang menjadi rawan saat itu, pelaku-pelaku ini berpindah lagi. Ketika polisi melakukan penekanan patroli, mereka (pelaku) ini mengendur. Namun saat kami sudah tak menekan, mereka akan muncul lagi," terang dia.
Meski telah menangkap sejumlah pelaku, Asep menyebut bahwa ada regenerasi yang muncul dalam persoalan klitih di Yogyakarta.
Baca Juga: Keren, Begini Penampakan Tugu Jogja Tanpa Kabel dan Papan Reklame
"Usai kami tangkap muncul lagi para pelaku yang lain. Jadi ada regenerasi yang muncul dalam sebuah kelompok pelajar itu, Artinya masalah ini (klitih) bukan hanya polisi yang bisa menyelesaikan. Jadi harus ada tindakan komprehensif integral yang dilakukan bersama-sama," katanya.
Kepolisian juga sudah melakukan tindakan preentif dengan melakukan pencegahan. Asep meminta kepada masyarakat untuk melaporkan warga atau tetangga satu kampungnya jika berpotensi melakukan kejahatan.
"Masyarakat perlu melaporkan lingkungan di sekitarnya jika ada warga atau tetangga yang dikenal bermasalah. Artinya dari laporan tersebut kami bisa memantau agar hal yang tak diinginkan tidak terjadi, apalagi sampai jatuh korban," tuturnya.
Tak hanya Polda, Polres Sleman juga secara serius menindaklanjuti kejahatan jalanan yang berujung penganiayaan tersebut. Kapolres Sleman, AKBP Rizki Ferdiansyah menyebut telah membentuk tim khusus gabungan Polsek dan Polres di Sleman untuk mencegah dan menangani masalah klitih.
"Saya bentuk tim khusus gabungan dari penyidik polsek dan penyidik polres yang punya kapasitas dan kemampuan macam-macam. Jadi nantinya saya gabungkan untuk memburu pelaku-pelaku (klitih) ini," jelas Rizki saat ditemui dalam deklarasi Forum Komunikasi Ormas dan Relawan (FKOR) Yogyakarta menolak klitih di Mapolda DIY, Senin (3/2/2020).
Baca Juga: Sempat Vakum di 2019, Festival Melupakan Mantan Bakal Hadir Lagi di Jogja
Rizki membeberkan pembentukan tim khusus menyusul para pelaku ini sudah mulai lihai dalam melancarkan aksinya.
"Memang patroli setiap malam dilakukan kepolisian. Selain itu setiap malam Minggu dan Malam Senin patroli besar, ketiga sudah ada lokasi-lokasi kejadian yang menjadi atensi aparat kepolisian," ucapnya.
Patroli yang selalu dilakukan kepolisian memang tidak langsung menemukan para pelaku. Bahkan polisi kerap kecolongan. Rizki mengaku bahwa pihaknya juga tidak bisa memastikan wilayah mana saja yang dijadikan lokasi kejahatan. Sebab ketika telah dilakukan patroli, pelaku berpindah ke tempat lain alias acak.
Sementara itu Dir Binmas Polda DIY, Kombes Pol Rudi Heru Susanto menyebut Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), menjadi ajang dimana oknum pelajar merekrut pelajar baru untuk bergabung di sebuah kelompok sekolah atau geng.
"Memang benar ada regenerasi sebuah kelompok (geng). Ketika pelajar baru yang dirasa cukup mumpuni, berprilaku sedikit urakan, terlihat nakal, direkrutlah dia ke dalam geng. Atau para senior yang sudah lulus dari sebuah sekolah mengompori junior di bawahnya jika mereka pernah mengalahkan pelajar dari sekolah lainnya," terang dia.
Munculnya geng-geng tersebut dijadikan tempat para pelajar ini menunjukkan eksistensinya. Rudi menuturkan saat pelaku dapat mengambil atau melukai musuhnya dan memviralkan di jejaring sosial, itu menjadi bentuk kepuasan para anak-anak itu.
Berita Terkait
-
Geng Legendaris JXZ Ragukan Efektivitas Ormas Deklarasi Berantas Klitih
-
DIY Darurat Klitih, Pemkab Sleman Respons dengan Pembangunan PJU
-
Beri Efek Jera, Polisi Bisa Kesampingkan HAM untuk Basmi Klitih
-
Polisi Buru Pelaku yang Sabetkan Sajam ke Driver Ojol di Sleman
-
CEK FAKTA: Beredar Daftar Lokasi Rawan Klitih di Sleman, Benarkah?
Terpopuler
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Simon Tahamata Kasih Peringatan Program Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Terancam Gagal
- Ketegaran Najwa Shihab Antar Kepergian Suami Tuai Sorotan: Netizen Sebut Belum Sadar seperti Mimpi
Pilihan
-
Cinta Tak Berbalas! Ciro Alves Ingin Bertahan, Tapi Persib Diam
-
Kronologis Anak Kepsek di Bekasi Pukul Siswa SMP Gegara Kritik Dana PIP
-
LG Mundur, Danantara Investasi di Proyek Baterai Kendaraan Listrik Bareng CATL
-
Profil Pembeli SPBU Shell di Seluruh Indonesia: Citadel dan Sefas
-
Bareskrim Nyatakan Ijazah SMA dan Kuliah Asli, Jokowi: Ya Memang Asli
Terkini
-
Moratorium Hotel Sumbu Filosofi Diberlakukan, PHRI Desak Penertiban 17 Ribu Penginapan Ilegal
-
Kelanjutan Soal Besaran Pungutan Ekspor Kelapa, Mendag Ungkap Hal Ini
-
Kabupaten Sleman Diganjar ANRI Award, Bupati Ungkap Strategi Jitu Pelestarian Arsip
-
UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai
-
Koperasi Merah Putih Didukung, Peneliti Fakultas Peternakan UGM Ingatkan Ini agar Tak Sia-sia