Ia menjelaskan pemberantasan masalah klitih saat ini cukup sulit, Ari menyebut persoalan klitih sudah cukup kompleks sehingga bukan polisi saja yang perlu turun tangan.
"Lingkungan yakni kampung juga harus terlibat untuk menekan masalah ini. Jadi melakukan diagnosis kepada remaja. Ajak mereka dalam sebuah arena, buat sanggar, adakan lomba, masukkan dalam komunitas. Saya yakin anak (prilaku) bisa diubah jika seluruh elemen ini ikut andil," kata dia.
Pihaknya menegaskan bahwa persoalan klitih di Yogyakarta menjadi isu prioritas yang perlu ditangani. Menyelesaikanya perlu dilakukan jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang. Untuk jangka pendek memang terdapat di ranah hukum, sehingga polisi yang harus turun tangan memastikan keamanan tersebut.
Jangka menengah dan panjang ini bagaimana seluruh stakeholder bisa terlibat. Melibatkan anak remaja sendiri untuk dirangkul menyelesaikan masalah klitih, kata Ari jauh lebih penting.
Baca Juga: Keren, Begini Penampakan Tugu Jogja Tanpa Kabel dan Papan Reklame
"Sekolah harus memiliki persepsi positif agar tak disalahkan terus. Memang saat ini sekolah yang cenderung disalahkan, namun sejatinya tidak demikian. Maka keterlibatan kampung juga perlu ikut andil, stigma anak remaja jangan selalu disalahkan. Beri mereka ruang termasuk bakat yang mereka miliki difasilitasi," katanya
Lebih lanjut, Sosiolog Kriminalitas Universitas Gadjah Mada, Suprapto mengatakan bukan hanya pemerintah dan polisi untuk menyelesaikan masalah klitih. Namun peran keluarga dan komunitas bisa jadi faktor untuk memutus rentetan masalah tersebut.
Berbicara soal klitih, Suprapto menyebut bahwa awalnya makna klitih ini cukup positif. Klitih merupakan sebuah aktivitas untuk mengisi waktu luang dimana diisi dengan kegiatan positif. Namun seiring berjalan waktu ada pergeseran makna dari kata tersebut. Klitih berubah makna ketika diadopsi oleh para remaja sebagai kegiatan mencari musuh.
"Sebelumya artinya positif. Tetapi ketika klitih itu diadopsi oleh anak remaja, mereka menggeser maknanya, pertama memang keliling-keliling kota naik sepeda motor. Tetapi tidak sekadar keliling-keliling kota, lebih dimaknai sebagai kegiatan mencari musuh," ungkapnya.
Motif di balik aksi ini sendiri, menurutnya, cukup beragam. Sebelumnya, aksi ini dikaitkan dengan upaya untuk melakukan balas dendam. Namun, aksi klitih saat ini yang dilakukan seorang remaja untuk mencari musuh dan menunjukkan eksistensi atau untuk melampiaskan kekecewaan dalam kehidupan mereka.
Baca Juga: Sempat Vakum di 2019, Festival Melupakan Mantan Bakal Hadir Lagi di Jogja
Suprapto menggarisbawahi peranan keluarga memang cukup penting untuk menekan masalah sosial tersebut. Ketika fungsi di dalam keluarga seperti sosialisasi kebudayaan, norma, hingga nilai perlindungan terpenuhi, seorang anak akan lebih nyaman berbicara kepada orang tua di dalam keluarganya ketika mendapat perlakuan negatif.
"Keluarga adalah benteng yang kuat dan awal. Jika anak sudah mendapat masukan norma dan nilai, saya kira dia tidak akan mudah untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyakiti orang lain," kata Suprapto.
Dengan demikian orang tua juga perlu memperhatikan bagaiaman anaknya bergaul. Jika seorang anak yang tidak dibekali dengan pengertian yang baik bakal lebih mudah terpapar dan mengikuti perilaku orang yang ia kagumi atau kelompoknya.
Di samping keluarga, lembaga pendidikan juga memegang peranan yang tak kalah penting. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah bisa menjadi alternatif kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luang para pelajar. Meski demikian, kegiatan ini sebaiknya selesai di sekolah sehingga anak-anak tidak memiliki alasan untuk menghabiskan waktu di luar rumah selepas jam sekolah.
Berita Terkait
-
Geng Legendaris JXZ Ragukan Efektivitas Ormas Deklarasi Berantas Klitih
-
DIY Darurat Klitih, Pemkab Sleman Respons dengan Pembangunan PJU
-
Beri Efek Jera, Polisi Bisa Kesampingkan HAM untuk Basmi Klitih
-
Polisi Buru Pelaku yang Sabetkan Sajam ke Driver Ojol di Sleman
-
CEK FAKTA: Beredar Daftar Lokasi Rawan Klitih di Sleman, Benarkah?
Terpopuler
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Simon Tahamata Kasih Peringatan Program Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Terancam Gagal
- Ketegaran Najwa Shihab Antar Kepergian Suami Tuai Sorotan: Netizen Sebut Belum Sadar seperti Mimpi
Pilihan
-
Cinta Tak Berbalas! Ciro Alves Ingin Bertahan, Tapi Persib Diam
-
Kronologis Anak Kepsek di Bekasi Pukul Siswa SMP Gegara Kritik Dana PIP
-
LG Mundur, Danantara Investasi di Proyek Baterai Kendaraan Listrik Bareng CATL
-
Profil Pembeli SPBU Shell di Seluruh Indonesia: Citadel dan Sefas
-
Bareskrim Nyatakan Ijazah SMA dan Kuliah Asli, Jokowi: Ya Memang Asli
Terkini
-
Moratorium Hotel Sumbu Filosofi Diberlakukan, PHRI Desak Penertiban 17 Ribu Penginapan Ilegal
-
Kelanjutan Soal Besaran Pungutan Ekspor Kelapa, Mendag Ungkap Hal Ini
-
Kabupaten Sleman Diganjar ANRI Award, Bupati Ungkap Strategi Jitu Pelestarian Arsip
-
UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai
-
Koperasi Merah Putih Didukung, Peneliti Fakultas Peternakan UGM Ingatkan Ini agar Tak Sia-sia