Keluarga jadi semangat
Persoalan yang dihadapi oleh para petugas di lapangan saat memakamkan jenazah Covid-19 pun belum ditambah dengan persoalan lain yang terjadi di luar. Stigma masyarakat yang seakan mengucilkan menjadi pemandangan biasa bagi Purwanto dan petugas lainnya saat awal bertugas.
Pandangan masyarakat yang menganggap bahwa petugas pemakaman jenazah Covid-19 itu bersentuhan dengan Covid-19 dan sudah pasti terpapar itu cukup kuat saat pandemi mulai bergulir setahun silam. Tak sedikit warga yang memilih untuk menjauhi para petugas pemakaman termasuk Purwanto.
"Ya dulu sih masih sering. Dulu kan warga masih ketakutan. Jadi di pikiran mereka itu kita pulang membawa virus," katanya.
Baca Juga: Tertinggi, Pemakaman Pasien Covid-19 TPU Madurejo pada 2021 Tembus 14 Kali
Ditambah lagi, kata Purwanto, saat itu gerakan lockdown wilayah di kampung-kampung masih juga sering dilakukan. Bahkan sempat ada penolakan dan pengucilan dari warga tempatnya tinggal saat itu.
Perkataan warga di belakang Purwanto dan keluarganya, tidak dipungkirinya sempat menjatuhkan mentalnya. Padahal ia sudah berjuang sekuat tenaga melayani masyarakat dengan cara mengurus pemakaman jenazah Covid-19.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, rompi Satuan Gugus Tugas Covid-19 pun diterimanya. Mungkin terlihat remeh, tapi rompi itu seolah menjadikan semangat melayani sesama menjadi berkobar lagi.
"Selain rompi yang buat kita bangga, dukungan keluarga tentu yang selalu jadi semangat. Istri saya mendukung, saya tugas di pemakaman. Itu jadi motivasi saya. Biarpun katakanlah nanti saya nanti harus diisolasi satu keluarga tidak masalah yang penting keluarga menerima," tegasnya.
Menurutnya, dukungan keluarga itu sangat berpengaruh besar bagi perjalanan ketugasannya memakamkan jenazah Covid-19 hingga saat ini. Terpenting, ucap Purwanto, ia selalu melaksanakan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan baik di mana pun berada setelah tugas atau pun sebelum.
Baca Juga: Liang Kubur TPU Madurejo Dikabarkan Tinggal 10, Begini Kata Pemkab Sleman
"Saya juga selalu laksanakan protokol kesehatan, cuci tangan, pisahkan baju kalau di rumah sehabis pulang kerja. Lha wong kalau saya yang dikeluarkan dari pekerjaan, tetangga juga tidak mencarikan kerja. Jadi ya yang penting keluarga sudah paham tentang tugas saya," tuturnya.
Berita Terkait
-
Catat Lur! Ini Kelebihan KRL Jogja-Solo Dibanding KA Prameks
-
Tertinggi, Pemakaman Pasien Covid-19 TPU Madurejo pada 2021 Tembus 14 Kali
-
Liang Kubur TPU Madurejo Dikabarkan Tinggal 10, Begini Kata Pemkab Sleman
-
Begini Kronologi Penganiayaan Petugas Pemakaman Pasien Covid-19 di Malang
-
Keluarga Ngamuk, Jenazah Covid-19 Tertukar Nyaris Dimakamkan
Terpopuler
- Duet Elkan Baggott dan Jay Idzes, Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia vs China
- 27 Kode Redeem FF Terbaru 17 Mei: Klaim Diamond, Token, dan Skin Cobra MP40
- Penampilan Syahrini di Cannes Mengejutkan, Dianggap Berbeda dengan yang di Instagram
- 8 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Vitamin C, Ampuh Hilangkan Noda Hitam
- Ditegur Dudung Abdurachman, Hercules Akhirnya Minta Maaf ke Gatot Nurmatyo dan Yayat Sudrajat
Pilihan
-
Harga Emas Antam Suram Hari Ini, Turun Menjadi Rp 1.871.000/Gram
-
Banyak Tak Ikut Demo, Pengemudi Ojol: Bukannya Nggak Solider, Istri Anak Mau Makan Apa
-
Ada Demo Besar Ojol, Gojek Pastikan Aplikasi Beroperasi Normal
-
Segera Ambil Link DANA Kaget, Tambahan Uang Belanja dan Bayar Langganan
-
Alih-alih ke Eropa, Ramadhan Sananta Malah Gabung Klub Brunei Darussalam
Terkini
-
Bantah Imbas Pilkada, Bupati Sleman Rombak Ratusan Pejabat: Saya Butuh Orang Kompeten
-
Komitmen DIY Genjot Industri Cetak, Jogja Printing Expo 2025 Digelar Ciptakan Persaingan Sehat
-
Hujan Badai Hantam Sleman, Pohon Tumbang Timpa Rumah dan Sekolah, Ini Lokasinya
-
Sri Sultan HB II Layak Jadi Pahlawan Nasional, Akademisi Jogja Ini Ungkap Alasannya
-
Punya 517 Posyandu di Jogja yang Sudah Layani Bayi serta Lansia, Target ILP Capai 83 Persen