Yazid Subakti juga mengungkapkan bahwa munculnya SCI dan SCA merupakan salah satu keresahan terhadap kondisi seorang anak yang banyak memutuskan untuk mengakhiri hidup. Dari kacamatanya, kondisi keluarga yang tidak terbangun secara harmonis membuat luka diri setiap anak berakhir dengan cara yang mengenaskan.
Memang tidak bisa disimpulkan bahwa keputusan bunuh diri berasal dari keluarga. Namun ketika dalam lingkungan terkecil saja bisa menjadi pohon rimbun yang membuat anak merasa aman, penyelesaian masalah dan keputusan mengambil langkah bisa lebih bijak dilakukan seorang anak.
"Kalau orang tua tidak selesai dengan masalah dirinya sendiri dan tidak segera dicegah sedini mungkin itu bahaya. Saya tidak mau anak saya akan bertemu dengan anak yang seperti itu, maka saya niatkan sejak 2014 ini untuk berkontribusi membentuk ayah ibu yang lebih baik," ujar Yazid.
Yazid dan Deri pun meyakini jika kegiatan seperti SCI serta seminar pra nikah terus dilanjutkan, 10 hingga 20 tahun kemudian bisa menjadi salah satu kontribusi menurunkan persoalan di dalam rumah tangga.
Baca Juga: Gangguan Kesehatan Mental Hantui Ibu Hamil di DIY: Minim Dukungan Keluarga hingga Krisis Psikolog
"Harapan kami tentu produk dari SCI dan SCA ini menjadi agen perubahan. Ada yang sudah jadi alumni, di kampung atau di kantornya bisa mempengaruhi lingkungan mereka sebagai karakter orang tua yang sehat," kata Yazid.
Meski tak ingin jumawa dengan karya sosial yang dia bangun, Yazid tak menampik bahwa ilmu dari SCI yang didapat para peserta dan alumninya kembali diterapkan di lingkungan tempat tinggal mereka.
"Jadinya sebagai penggerak [para alumni] juga di rumah mereka," tambah Deri.
SCI diharapkan memiliki peran besar untuk calon ibu dan ayah yang akan membina rumah tangga. Deri mengungkapkan bahwa aksinya ini ingin mengajak orang untuk tidak takut dan menyiapkan diri dalam hubungan rumah tangga ke depan.
Bekal yang diberikan selama lebih dari dua bulan bisa diterapkan selama nanti di dalam keluarga baru. Termasuk fenomena perceraian dan KDRT bisa ditangkal, di mana peserta sudah putus dengan luka batin yang dia alami dari salah satu materi self healing yang mereka ikuti.
Baca Juga: Menanti Relokasi, Siswa SDN Nglarang Belajar Berdampingan dengan Debu Proyek Tol
Dengan rangkaian materi dan praktik yang ada, Yazid dan Deri bermimpi SCI bisa terus berlanjut dan berkontribusi. Terutama mencetak pasangan suami istri yang mampu menjawab tantangan era sekarang dalam membangun keluarga harmonis.
Berita Terkait
-
Direkrut buat Ngajar Fulltime, Menteri Abdul Mu'ti Sebut Guru Sekolah Rakyat Bukan ASN
-
Apakah Harus Izin Orang Tua sebelum Mualaf? Steven Wongso Akui Belum Kasih Tahu Ibu
-
Film Panjang Debut Sutradara Indonesia Langsung Jadi Box Office, Ada Jumbo
-
Video Viral Balita Melambai ke Jenazah Sang Ibu yang Meninggal Sebelum Lebaran Bikin Warganet Mewek
-
Rekrutmen Guru dan Murid Sekolah Rakyat Tetap Dilakukan Bulan April, Gus Ipul Ungkap Hal Ini
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Harga Emas Antam Berbalik Lompat Tinggi Rp23.000 Hari Ini, Jadi Rp1.777.000/Gram
-
Wall Street Keok, IHSG Diprediksi Melemah Imbas Perang Dagang Trump vs Xi Jinping
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
Terkini
-
Sleman Pastikan Tak Ada ASN Bolos, Tapi Keterlambatan Tetap Jadi Sorotan
-
Pemda DIY Ngebut Bangun Sekolah Rakyat, Siswa Miskin Bisa Sekolah Juli 2025
-
Pengawasan Jebol hingga Daging Sapi Antraks Dijual Bebas, 3 Warga Gunungkidul Terinfeksi
-
Libur Lebaran di Sleman, Kunjungan Wisatawan Melonjak Drastis, Candi Prambanan Jadi Primadona
-
Zona Merah Antraks di Gunungkidul, Daging Ilegal Beredar? Waspada