"Simpen aja deh masterpiece kita. Tapi kamu hanya bisa memamerkan material culture. Kalau kami punya topeng mungkin enggak seindah di sana. Tapi kami masih bisa hidupkan komunitasnya. Akhirnya dia mengakui itu kekuatan museum kamu lho, kalau kamu bisa menghidupkan," tutur Daniel.
Living heritage, begitu Daniel menyebut hasil-hasil budaya yang masih hidup, salah satunya seni tari. Jika pasar untuk living heritage ini hidup, hal selanjutnya yang perlu disiapkan adalah promosi kepada masyarakat.
Para pegiat seni tari pun menggagas apa yang mereka sebut dengan 'dancemart'. Sistem ini menggabungkan pasar seni dengan teknologi informasi.
"Saya itu harapkan nanti ada dancemart atau culturalmart, artmart, atau travelmart. Yang sekarang sudah jalan bagus sekali kan travelmart. Banyak sekali penduduk Indonesia yang berlomba-lomba nyari tiket murah di travelmart itu. Mudah-mudahan nanti dancemart bisa itu," kata Daniel.
Di dancemart, ia berharap para penari mendapatkan tempat untuk mempromosikan diri dan karyanya. Para pencinta seni tari juga dapat memperoleh banyak pilihan, mulai dari tari tradisi yang asli, tari kreasi baru, maupun tari kontemporer.
Baca Juga:FACE OF JAKARTA: Peruntungan Para Penggali Kubur Mister X
"Itu kita sudah sounding terus untuk bikin dancemart itu. Tapi memang masih butuh waktu kelihatannya," ujar Daniel.
Hari Tari Dunia di tahun politik
Suasana asri nan kental unsur etnik di Museum Ullen Sentalu, Sabtu (27/04/2019) pagi, kian romantis. Musik bertalu-talu dan berbagai tarian disajikan tanda perayaan Hari Tari Dunia segera berlangsung.
"Banyak negara yang mengadakan (perayaan hari tari dunia), tapi Indonesia terhitung salah satu yang terbesar," kata Daniel kepada Suara.com di Museum Ullen Sentalu, Kaliurang, Sleman, Sabtu (27/04/2019).
Baca Juga:FACE OF JAKARTA: Jejak Kuburan Tanpa Nama dan Penggali Kubur Mister X
Ini merupakan perayaan kedua yang digelar Museum Ullen Sentalu. Salah satu sanggar tari yang dihadirkan adalah Krida Beksa Wirama yang tahun ini telah genap berusia 100 tahun. Selain itu ada pula Sanggar Tari Lintang, Sanggar Tari Pawiyatan, dan Sanggar Tari Candrasa.
Daniel mengakui, perayaan tahun ini tak begitu meriah dibandingkan tahun sebelumnya. Banyak kota yang undur diri, sebab kondisi masyarakat masih belum stabil di tengah berbagai isu di tahun politik.
Perayaan Hari Tari Dunia di Ullen Sentalu menjadi satu bagian dengan perayaan besar di dua kota lain, yakni Surakarta (Solo, Jawa Tengah) dan Malang (Jawa Timur). Ketiga kota ini menetapkan untuk tetap konsisten menyelenggarakan perayaan Hari Tari Dunia, meski kondisi politik di Indonesia belum stabil.
Acara ini menggunakan tagline #GegaraMenari atau secara kontemporer bermakna 'gara-gara menari'. Di Ullen Sentalu, para peserta yang hadir dalam perayaan ini diajak naik ke atas panggung dan menari bersama.
"Jadi gara-gara menari kita ikut menari," kata Duta Museum Ullen Sentalu 2017 Ambar Sari yang didapuk menjadi pembawa acara.
Perayaan Hari Tari Dunia tahun ini juga mengusung tema dari pepatah Jawa “Urip mawa urup, urip hanguripi”. Pesan yang terkandung sangat dalam yaitu, hidup dengan semangat, hidup memberi hidup.