"Sabtu ini kami memutuskan untuk mengirimnya ke RSJ Pakem untuk diperiksa sebelum kasusnya berlanjut," tambah Rifa'i.
Ia menambahkan, ketika diperiksa pun, kejiwaan pelaku memang seperti goyah. Bahkan, ketika pihak kepolisian memeriksanya dengan memberikan berbagai pertanyaan, AS langsung naik pitam. Namun, ketika petugas Puskesmas yang berjenis kelamin perempuan memeriksanya, dengan lancar pelaku bisa menjawabnya.
"Tetapi kalau kebanyakan pertanyaan langsung marah. Kadang nyambung kadang tidak," ungkapnya.
Salah seorang kerabat pelaku yang mendampingi ke RSJ, yang tak bersedia disebutkan namanya, mengatakan, pelaku memang mengalami gangguan jiwa. Keluarganya yang berada di Bogor sudah menyerah dan tidak bisa merawatnya kembali.
Baca Juga:Idris Maju Lagi Jadi Wali Kota Depok, Akademisi UI: Sudah Cukup Lah
"Kami itu pernah mengirimnya ke Bogor, tapi katanya langsung menghilang, dan tiba-tiba dua tahun kemudian sudah sampai ke Gatak lagi," ujarnya.
Di Gatak, sudah tidak ada keluarga dengan garis keturunan langsung dari orang tua pelaku. Dirinya sendiri hanyalah sepupu jauh karena mertuanya adalah sepupu orang tua pelaku, sehingga di Gatak memang tidak ada yang merawat pelaku, dan pelaku pun memilih untuk menggelandang.
Menurut dia, badan pelaku memang cukup terawat dan bahkan cenderung kekar. Pelaku sendiri pernah menjadi sekuriti dan juga anggota Satpol PP. Pelaku mengalami gangguan jiwa konon kabarnya karena tidak berhasil naik pangkat.
"Sudah ngebet naik pangkat tetapi ternyata gagal. Ya jadi stres kayak gini," tambahnya.
Kontributor : Julianto
Baca Juga:Keguguran, Nagita Slavina dan Raffi Ahmad Langsung 'Tancap Gas' Lagi