SuaraJogja.id - Putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, sudah melepas masa lajang pada 2011 lalu. Namun, cerita di balik pernikahannya dengan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudhonegoro yang sarat budaya Jawa masih menarik untuk dibicarakan.
Rupanya, GKR Bendara memiliki pengalaman yang tak banyak diketahui orang lain ketika menjalani malam midodareni.
Hal ini ia ucapkan pada peserta gelar wicara "Dhaup Ageng GKR Bendara dan KPH Yudhonegoro" sebagai bagian dari acara ASMARADANA; A Wedding Showcase, yang diadakan oleh Nurkadhatyan Spa dan Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta di Kedaton Ambarrukmo pada Sabtu (29/02/2020).
"Saya punya foto paling cantik, yang diambil ketika tengah malam midodareni dan saya yakin, malaikat benar-benar turun pada malam itu," ujarnya.
Baca Juga:Asmaradana, Pameran Vendor Pernikahan di Royal Ambarrukmo Yogyakarta
Hingga kini, ia masih mengenang pengalaman itu sebagai hal yang tak bisa ia lupakan seumur hidup.
Pernikahan Jawa memang berbeda dengan pernikahan modern yang umumnya lebih ringkas dan sederhana. GKR Bendara sendiri mengakui, betapa rumitnya prosesi pernikahan ini.
Sambil berkelakar, GKR berkata, pernikahan 'ribet' bikin orang kapok nikah dua kali. "Karena ribet kan, jadi cukup sekali saja nikahnya," ujarnya, melempar guyonan.
'Dhaup Ageng' merupakan peristiwa budaya yang lahir di tengah era kehidupan modern. Setelah lebih dari ratusan tahun, budaya tersebut mampu menarik perhatian masyarakat dan mampu berpadu dengan kehidupan modern.
Nurkadhatyan Spa sendiri menjadi bagian dari pameran pernikahan paling istimewa tahun 2020, ASMARADANA; A Wedding Showcase, persembahan Royal Ambarrukmo Yogyakarta.
Acara yang digelar pada 29 Februari - 1 Maret 2020 ini menampilkan tiga prosesi pernikahan berbeda: pernikahan adat Jawa, pernikahan dengan konsep pesta kebun, dan resepsi pernikahan mewah, yang semuanya diadakan di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta.