Ramli sedikit enggan sewaktu ditanyai perihal harga satu mieral kardus di tokonya. Namun, sembari berbisik ia akhirnya memperkirakan totalnya kira-kira Rp301 ribu.
"Kami hanya ingin membantu orang-orang yang kelelahan saja. Kami sudah ikhlas, yang penting mereka semua tidak kehausan," ungkap dia.
Adik Ramli, Hudiadi (24) menerangkan, usaha tersebut merupakan bisnis keluarga. Keluarga mereka adalah perantau yang berasal dari Madura.
"Kami awalnya dari Madura, dulunya kami hanya nelayan. Karena berfikir usaha adalah cara agar kami bisa bertahan hidup, akhirnya kami merantau ke Yogyakarta dan memilih usaha kelontong ini," ungkap Hudi.
Baca Juga:Jabar Siaga 1 Virus Corona, Bandung Tetap Gelar Festival Asia-Afrika
Gayung bersambut, usai tensi panas mereda pada pukul 20.00 WIB, perlahan banyak orang mendatangi tokonya. Penyebabnya, satu-satunya toko kelontong yang buka adalah toko milik Ramli dan keluarga.
"Setelah bubar malah banyak pembeli yang datang ke toko kami. Karena toko kelontong saya yang buka pertama kali dan tidak tutup selama aksi di Selokan Mataram Jumat lalu," katanya.
Hingga kini, kasus ricuh antara ojol dan debt collector tengah dilimpahkan ke kepolisian. Kapolres Sleman, AKBP Rizky Ferdiansyah mengungkapkan seluruh laporan tetap diselesaikan dengan proses hukum.
"Meski sudah ada kesepakatan damai antara ojol dan debt collector, segala laporan yang masuk tetap kami proses. Jadi jika ada korban bisa melaporkan agar bisa segera kami proses," terangnya.
Baca Juga:Pemilik KIA DIY Bisa Dapat Diskon di Tempat Wisata dan Pusat Perbelanjaan