SuaraJogja.id - Stres bisa memicu munculnya berbagai penyakit, salah satunya kekambuhan pada pasien lupus. Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, Prof Nyoman Kertia.
"Stres, kecapekan, dan berjemur matahari bisa membuat penyakit ini kambuh," kata Nyoman melalui keterangan tertulis, Sabtu (9/5/2020).
Nyoman menyebut, dengan adanya physical distancing dengan waktu relatif lama serta ketidakpastian dapat menimbulkan kecemasan dan rasa stres yang berlebih. Tidak hanya berpengaruh secara mental, fenomena ini juga bisa bisa mempengaruhi secara fisik.
Ia mengimbau, agar orang dengan lupus (odapus) sebisa mungkin menghindari aktivitas berlebihan yang bisa berdampak pada kelelahan berlebih, tingkat stres, dan berjemur matahari secara berlebihan agar penyakitnya tidak kambuh.
Baca Juga:Kisah Pandemi Flu Spanyol 1918: Bubur Hangat, Masker, Hirup Udara Segar
Lupus merupakan penyakit autoimun yang disebabkan sistem imun menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh sendiri. Karenanya orang dengan lupus atau odapus memiliki risiko terhadap berbagai jenis infeksi bakteri maupun virus.
"Kondisi kekebalan odapus itu tidak sempurna, tetapi kalau patuh minum obat sesuai petunjuk dokter kondisinya akan baik-baik saja layaknya orang normal," kata Nyoman melansir Antara.
Dia menyebutkan, sistem kekebalan tubuh menjadi pertahanan utama terhadap berbagai penyakit yang menyerang manusia. Sementara, odapus lebih rentan terhadap berbagai infeksi karena sistem kekebalan tubuh bekerja berbeda dengan manusia pada umumnya. Sistem kekebalan pada odapus bekerja terlalu aktif dan justru berbalik menyerang tubuh sendiri.
Oleh sebab itu, ia menekankan kepada odapus agar rutin memeriksakan diri ke dokter dan mengonsumsi obat agar lupus bisa dikendalikan. Dengan rutin mengonsumsi obat, akan mengurangi kerentanan atau risiko terhadap infeksi bakteri atau virus, termasuk COVID-19.
"Asalkan minum obat dengan baik dari dokter risiko infeksi kuman bisa ditekan, tapi kalau tidak patuh minum obat ya rentan, " kata Ketua Departemen Penyakit Dalam FKKMK UGM ini.
Baca Juga:Wapres Ma'ruf: Fiqih Islam Dapat Jadi Solusi dalam Penanganan Covid-19
Menurut dia, lupus bisa menyerang siapa saja di segala usia. Kendati begitu, penyakit ini kebanyakan diderita oleh wanita usia produktif. Sekitar 80-85 persen penderita lupus merupakan wanita.
Lupus dikenal sebagai penyakit seribu wajah karena gejala dan sakit yang ditimbulkan beragam mirip dengan penyakit lain. Gejala yang biasanya muncul adalah sering mengalami nyeri sendi, ruam kemerahan di wajah dan tubuh, sering demam, lelah, sariawan, rambut rontok, kulit sensitif terhadap sinar matahari, dan nyeri dada.
Nyoman menyebutkan, hingga saat ini penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Namun, sejumlah faktor diduga berperan pada patofisiologi lupus, seperti genetika, infeksi, polusi, dan makanan tidak sehat.
Remisi, kata dia, merupakan kondisi klinis sama seperti orang normal. Namun, ada yang tetap membutuhkan obat dan pada beberapa kasus bisa lepas obat . Meski tidak dapat disembuhkan, lupus bisa dikendalikan dengan rutin memeriksakan diri ke dokter.
Ia menyebut, remisi menjadi berbahaya apabila tidak terkontrol dan ditangani dengan baik. Hal ini membuat pasien sulit terobati karena lupus telah menyerang organ dalam seperti ginjal, paru-paru, hingga otak.
"Odapus juga diharapkan bisa menjaga pola hidup sehat, patuh konsumsi obat dan menghindari faktor pencetus kekambuhan," kata dia.