Terjebak Tak Bisa Mudik, Rizki Rayakan Lebaran Makan Ketupat Lauk Indomie

Tak sedikit dari mahasiswa yang kos di Jogja yang terjebak tak bisa pulang kampung.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Senin, 25 Mei 2020 | 13:15 WIB
Terjebak Tak Bisa Mudik, Rizki Rayakan Lebaran Makan Ketupat Lauk Indomie
Cerita anak kos di Jogja rayakan lebaran. [Mutiara Rizka M/ SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, lebaran tahun ini dirayakan tanpa hingar bingar. Pandemi Covid-19 yang masih melanda memaksa sebagian masyarakat termasuk mereka yang kos di Jogja harus bertahan di tanah rantau tanpa bisa kumpul dengan keluarga.

Ini seperti yang dialami oleh Rizki Octovian Nurjaman (22). Mahasiswa tingkat akhir yang kini kos di Jogja tersebut mengaku lebaran kali ini untuk pertama kalinya tidak bisa merayakan bersama keluarga. Selain ada larangan mudik, Rizki sengaja tak pulang ke Bojongloa Kidul, Bandung lantaran takut sekembalinya ke Jogja justru menjadi carrier virus Covid-19. 

"iya untuk sementara ga mudik dulu. Ini semua juga demi orang banyak takutnya kalau nekat mudik dan balik ke Jogja malah bawa penyakit nanti," ungkapnya, Senin (25/5/2020).

Sebagai anak rantau, untuk bertahan selama masa pandemi, Rizki mencari uang tambahan dengan menjadi kurir catering. Ia terpaksa melakoninya lantaran uang kiriman dari orangtua tak berjalan lancar seperti biasanya.

Baca Juga:Warga Yogyakarta Akan Salat Id di 284 Titik

"Kebetulan aktivitas kuliah kan juga sudah mulai berkurang, jadi ya untuk mengisi kegiatan cari sambilan. Paling tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan sendiri karena kiriman ortu juga agak tersendat di masa pandemi ini," katanya.

Saat lebaran kemarin, Rizki mengaku merayakannya hanya bersama rekan-rekan di kos. Kebetulan ada kirima ketupat dari kakak kelas. 

"Kemarin dikirimin kakak kelas yang di sini ketupat. Kita makan bareng-bareng di kos dengan lauk indomie kuah sama telur karena ga ada lauk lain yang bisa disantap," ucapnya dengan tawa getir.

Sementara itu, tahun ini jadi tahun ketiga bagi Titi Sholeha (22) tak mudik ke kampung halamannya. Mahasiswa asal Riau tersebut tahun ini terpaksa tak bisa mudik ke kampung halaman juga lantaran adanya larangan mudik dari pemerintah sebagai antisipasi penyebaran Covid-19.

Dua tahun sebelumnya, Titi tidak bisa mengunjungi orangtuanya di Singingihilir, Kuantan Singingi, Riau karena harga tiket yang terlampau mahal. Uang tabungan Titi selalu terasa kurang untuk dapat membeli tiket pulang pergi. Sedangkan tahun ini, merebaknya wabah Covid-19 menjadi penghalang bagi Titi untuk bertemu orang-orang yang ia rindukan. 

Baca Juga:Stok APD di Yogyakarta Diperkirakan Cukup Hingga Juni

"Kadang sayang aja kalau tabungan habis buat tiket, mending ditabung lagi sampai agak banyak biar bisa beliin sesuatu buat yang di rumah," ujar Titi. 

Tahun sebelumnya, meski tidak bisa terbang ke Riau, Titi masih bisa berkunjung ke rumah sanak saudaranya di Kebumen. Namun, lagi-lagi karena Covid-19, tahun ini ia juga tidak bisa mengunjungi kediaman kakak ayahnya tersebut. 

Dengan suara sendu, Titi mengaku lebaran tahun ini terasa lebih menyedihkan. Selain karena rasa rindu yang terus membuncah juga karena rasa khawatir kedua orangtuanya. Sanak saudara di Kebumen juga mengaku khawatir karena tidak bisa bertemu dengan Titi. 

Demi mengurangi rasa rindu dengan keluarga di rumah dan rasa sedih karena terjebak di kamar kos, Titi memilih merayakan Hari Raya Idul Fitri 1441 H bersama rekan-rekan senasibnya yang juga tidak bisa kembali ke kampung halaman. 

Titi mengatakan, berkumpul bersama rekan-rekannya sedikit mengurangi rasa rindu kepada keluarga. Sekaligus menghangatkan rasa sepi yang acapkali singgah, saat menghabiskan waktu sendiri di kos. 

"Kadang kalau mau telepon orangtua, baru denger suaranya aja udah mau nangis," imbuhnya. 

Sungkeman dengan kedua orangtua menjadi hal yang paling gadis melayu itu rindukan dalam suasana lebaran. Selama tiga tahun terakhir, ia hanya bisa melakukan tradisi lebaran itu melalui sambungan telepon. 

Sayangnya, kondisi sinyal di rumahnya tak begitu bagus. Sehingga seringkali sambungsn telepon tak berjalan lancar. Titi berharap agar kondisi segera pulih seperti semula. Baginya, agar orangtua di Riau tidak lagi mengkhawatirkannya menjadi hal terpenting. 

Sebagai mahasiswa tingkat akhir, Titi berharap dapat segera kembali ke rumah setelah pandemi ini berakhir dan setelah ia wisuda. Merayakan hari raya bersama rekan-rekan di tanah rantau, terasa seperti merayakan bersama keluarga baru. 

"Seandainya temen-temen pada pulangkan aku disini sendiri, pasti kepikiran kepikiran, kangen sama yang di rumah," tuturnya. 

Kehadiran teman seperjuangan membuat Titi lebih bisa menikmati hari raya jauh dari keluarga. Kebersamaan dengan rekannya membuat Titi tak menangis selama berjam-jam akibat disiksa jarak dan kerinduan. 

Selain berkumpul dengan teman, Titi juga memanfaatkan teknologi untuk menghubungi sanak saudara di berbagai daerah. Meski sambungan telefon tak mampu menghantarkan kehangatan, namun setidaknya meringankan kerinduan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak