"Jadi kera kan tidak pernah ikut program Keluarga Berencana (KB). Jadi sudah hamil sekali, besoknya hamil lagi sampai jumlahnya banyak. Kadang saat pengunjung datang ke sini harus waspada karena mereka bisa saja menyerang," ungkap dia.
Namun selama pandemi Covid-19, destinasi wisata sengaja ditutup. Dirinya tak menampik jika sepinya wisatawan yang kerap memberi makan membuat kera mengambil makanan pedagang di sekitar rumah warga atau toko milik pedagang.
"Karena kan mereka sudah terbiasa diberi. Jadi ketika tak diberikan, mereka mencari sendiri. Namun beberapa kera tidak semuanya melakukan itu. Ketika sudah melebihi batas biasanya kami gertak dengan senapan," tuturnya.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Pujiati dalam rilis yang diterima wartawan, mengungkapkan, penutupan objek wisata taman nasional sudah dilakukan sejak 16 Maret 2020 lalu.
Baca Juga:Demi Temukan Vaksin Permanen, Ilmuwan Suntik 18 Kera untuk Uji Coba
Hal itu sesuai dengan surat edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI tentang antisipasi penyeberan Covid-19 di Indonesia.
Adapun obyek wisata yang dilakukan penutupan antara lain Tlogo Muncar dan Tlogo Nirmolo yang berada di kecamatan Pakem, kemudian Kalikuning Park di Kecamatan Cangkringan, lalu Deles di Klaten dan Jurang Jero yang berada di Kabupaten Magelang.
"Adanya penutupan ini juga sebagai langkah untuk mencegah kerumunan orang. Sedangkan apabila ada penelitian, akan kami layani jika tidak dalam kelompok yang besar atau kurang dari lima orang," kata Pujiati.