Pada 18 Agustus 1945, satu hari setelah kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, dalam sidang, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memilih Soekarno sebagai presiden pertama dan Moh Hatta sebagai wakil presiden pertama.
Pelantikan keduanya pun dilangsungkan secara sederhana dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Seperti yang tertuang dalam biografi Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, Bung Karno sendiri tak menyangka bakal dilantik dengan prosesi sesederhana itu.
Siti Hinggil Keraton Jogja jadi saksi sejarah
Baca Juga:Sejarah Demokrasi Terpimpin, Latar Belakang, dan Kondisi Ekonomi
Selain menjadi lokasi pelantikan Presiden Soekarno, tempat tertinggi di Keraton Jogja ini dulunya merupakan saksi diresmikannya Universitas Gadjah Mada (UGM), yakni pada 19 Desember 1949.
Dalam bahasa Jawa, "siti" berarti tanah atau area, sedangkan "hinggil" artinya tinggi. Sesuai dengan namanya, Siti Hinggil merupakan tanah atau area yang posisinya ditinggikan. Tepat di sebelah selatan Alun-Alun Utara, Siti Hinggil menjadi tempat Sultan saat memimpin upacara kerajaan.

Di atas sana terletak singgasana tempat raja duduk. Konon dari singgasana tersebut, Raja Kesultanan Yogyakarta bisa melihat ujung Tuga Jogja dengan latar belakang Gunung Merapi.
Kini Bangsal Siti Hinggil telah dibuka untuk umum bagi para pengunjung Keraton. Di sini, wisatawan pun dapat menyaksikan dari dekat singgasana raja.
Baca Juga:Peringati Hari Pahlawan, Kenang Jembatan Ampera Sebagai Hadiah Bung Karno