Polusi Udara Jogja Mengkhawatirkan, Pustral UGM: Perlu Gerakan Kolaboratif

Arif Wismadi menyatakan, kondisi itu disebabkan oleh pertumbuhan laju motorisasi yang pesat.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 18 Februari 2021 | 18:45 WIB
Polusi Udara Jogja Mengkhawatirkan, Pustral UGM: Perlu Gerakan Kolaboratif
Gerakan Jogja Lebih Bike - (SuaraJogja.id/HO-Jogja Lebih Bike)

"Jadi memang bukan hanya pekerjaan dari gerakan masyarakat saja untuk menciptakan sebuah dampak yang besar bagi lingkungan. Namun juga butuh peran pemerintah yang bersama-sama mendorong gerakan itu," cetusnya.

Peneliti Litbang Kompas, Nurul Fatchiati, mengaku juga telah berkolaborasi untuk menyelenggarakan Survei Persepsi Publik tentang Polusi Udara bersama Jogja Lebih Bike.

Hasilnya, 500 responden di Jogja menunjukkan bahwa polusi udara ternyata termasuk dalam tiga isu terpenting bagi warga Jogja.

“Jadi selain penanganan Covid-19 dan kriminalitas ternyata warga Jogja menilai polusi udara menjadi salah satu yang penting. Selain itu 62,5% masyarakat yang tinggal di kota Jogja menilai kualitas udara di lingkungannya tidak baik. Namun diakui mereka tetap memiliki optimisme bahwa kondisi kualitas udara dapat membaik dalam beberapa tahun ke depan”, ungkap Nurul.

Baca Juga:Meski Lockdown, Kematian karena Polusi Udara di Dunia Tetap Tinggi

Dari data yang sudah dikumpulkan, menunjukkan dalam obilitas harian, sekitar 88% masyarakat Jogja masih sangat bergantung pada kendaraan bermotor, terutama sepeda motor. Jumlah itu jauh lebih banyak ketimbang warga yang memilih bersepeda atau hanya 2,6 persen saja.

Nurul menyambut baik inisiatif gerakan Jogja Lebih Bike yang hadir sebagai gerakan bersama masyarakat dalam menghidupkan kembali kegiatan bersepeda sebagai bagian dari aktivitas harian. Selain juga sebagai wujud kontribusi kolektif dalam menciptakan udara yang lebih bersih di Jogja.

Disampaikan Nurul, kerja sama berbagai mitra mulai dari akademisi, lembaga swadaya masyarakat, hingga komunitas pesepeda melalui Jogja Lebih Bike ini dibangun untuk menggugah lagi kesadaran publik tentang pentingnya kualitas udara yang baik. Seiring juga untuk mendorong partisipasi warga agar dengan kesadarannya menciptakan udara bersih melalui kegiatan sehari-harinya termasuk bersepeda.

Gerakan Jogja Lebih Bike juga tidak setengah-setengah dalam menciptakan kesadaran tentang lingkungan ini. Kerja sama dengan Nafas atau dikenal sebagai sebuah startup dengan jaringan sensor kualitas udara terbesar di Indonesia juga dilakukan.

Hal itu dilakukan guna menghadirkan data kualitas udara secara real-time bagi setiap warga di Jogja. Rencananya lima sensor kualitas udara telah dipasang di berbagai titik polusi di Jogja yaitu di Gondolayu (Tugu), Sayidan, Umbulharjo, Jembatan Janti serta di kampus UGM.

Baca Juga:Begini 5 Manfaat Rajin Bersepeda, Bisa Buang Stress Loh!

“Data kualitas udara yang dapat diakses secara mudah dan real-time saat ini masih terbatas. Padahal data kualitas udara menjadi penting untuk dijadikan acuan bagi masyarakat dalam beraktivitas, terutama bagi kelompok sensitif, misalnya anak-anak, orang lanjut usia dan orang dengan penyakit pernapasan,” ungkap Co-founder dan Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak