Sentil Isu Sampah di Piyungan Lewat Lagu, Ini Alasan BEM KM UGM

Para mahasiswa UGM ini menyentil isu persoalan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan.

Galih Priatmojo
Rabu, 24 Maret 2021 | 20:30 WIB
Sentil Isu Sampah di Piyungan Lewat Lagu, Ini Alasan BEM KM UGM
Presiden BEM KM UGM, Muhammad Farhan. [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Dua hari terakhir muncul video dari sekelompok mahasiswa BEM KM UGM yang menyanyikan lagu rap. Dalam video yang sudah ditonton lebih dari 20 ribu orang ini, mahasiswa yang mengenakan jas almamater UGM ini menyentil isu persoalan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan.

Tak hanya lewat video klip yang diunggah di sejumlah sosial media (sosmed) seperti Youtube, Tik Tok, Instagram dan lainnya, BEM KM UGM mencoba menemui sejumlah pejabat di Pemda DIY di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Rabu (24/03/2021). Mereka mengklarifikasi hasil kajian yang dilakukan pada pemangku kebijakan di Pemda DIY.

Muhammad Farhan, Presiden BEM KM UGM, mengungkapkan produk audio visual yang mereka buat tersebut merupakan cara kreatif dari mahasiswa untuk menyebarluaskan propaganda di tengah pandemi Covid-19 yang mempersulit pergerakan konvensional. Bukan melalui aksi unjuk rasa, propaganda dilakukan melalui musik rap yang akrab dengan telinga masyarakat, termasuk Yogyakarta.

Lagu “Negeri Istimewa” mereka ciptakan sebagai bentuk alarm demokrasi untuk mengingatkan para pemerintah tentang sistem yang harus diperbaiki dalam persoalan sampah di TPA Piyungan yang saat ini sudah overload.

Baca Juga:Kritisi Penerapan ETLE, Pustral UGM: Ada Potensi Ketidaktepatan Tindakan

"Kami juga menyoroti kondisi masyarakat di piyungan yang tidak dijamin kesehatan dan kesejahteraannya oleh manajemen setempat. Lagu rap kami pilih untuk merepresentasikan keresahan kami dan masyarakat akan sampah piyungan," ungkapnya.

Melalui video klip dengan durasi 2 menit 55 detik tersebut, mahasiswa juga mencoba mengembalikan kepercayaan masyarakat akan peran mereka. Apalagi selaam setahun terakhir, beberapa aksi demonstasi yang dilakukan mahasiswa dianggap meresahkan masyarakat karena berakhir dengan anarkis.

"Karenanya kami mengambil isu lingkungan yang dihadapi masyarakat dengan menggabungkan budaya jawa dan isu lingkungan melalui video. Awal tahun lalu masyarakat sempat digegerkan dengan ditutupnya tpa piyungan sehingga empati masyarakat [coba kami bangkitkan," ungkapnya.

Farhan mengungkapkan, selain lagu, mahasiswa mencoba menyampaikan hasil kajian persoalan TPA Piyungan Mulai dari masalah fasiltas, tata kelola sampah yang tidak jelas hingga kondisi masyarakat sekitar yang harus hidup berdekatan dengan sampah melalui pertemuan kali ini.

Mahasiswa juga memberikan ide dalam pengelolaan sampah di TPA tersebut dalam rangka mengatasi masalah yang terjadi saat ini. Selain itu masalah regulasi pengolahan masalah plastik yang sampai saat ini belum tersentuh.

Baca Juga:Sikapi Kelonggaran Mudik Lebaran, Epidemiolog UGM: Sebaiknya Tak Mudik Dulu

"[Dalam pertemuan] kita dapat beberapa catatan untuk terus dikawal," ujarnya.

Sementara Kabiro Pengembangan Infrastuktur Wilayah dan Pembiayaan Pembangunan Setda DIY, Bambang Widyo Satmo mengungkapkan Pemda menyambut baik kritik dan ide dari mahasiswa UGM terkait isu dan pengelolahan sampah di TPA Piyungan. Pertemuan sejumlah pihak juga sudah didiskusikan, termasuk program-program Pemda dalam pengelolan sampah TPA Piyungan selama beberapa tahun kedepan.

"Kami memaparkan program-program di tpa piyungan, apa yang sudah dilaksanakan dan apa yang akan dilakukan, termasuk kolaborasi dengan banyak pihak," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini