"Nasibku sedang dipertaruhkan. Aku diem-diem nyulik kawan IPA yang gak pernah tau sebelumnya siapa. Aku ancam dia buat ajarin aku matematika. kasih tau aku tentang SBMPTN materi-materinya," tulisnya.
Suatu hari kemudian, ia keheranan ketika dipanggil ke ruangan guru BK. Di ruangan itu ia diberitahu jika masuk dalam peringkat ke-20 siswa terbaik mengalahkan 300an siswa lainnya. Ia kemudian disarankan untuk ikut SNMPTN dan harus masuk UGM.
Saat wisuda tiba, sang guru mengumumkan jika dia telah diterima di UGM.
"Aku langsung sujud di kaki emakku. Aku cium tanggannya aku peluk erat. Aku nangis," kenangnya.
Baca Juga:INFOGRAFIS : Cara Bayar UTBK-SBMPTN 2021, Mudah dan Praktis!
Di saat yang bersamaan, Ayahnya sakit dan masuk rumah sakit sementara dengan pekerjaan sang ibu yang hanya berjualan nasi uduk, membuat keluarganya agak keberatan untuk membiayai kuliah Afid.
Afid pun sempat dengan terpaksa mengurungkan niatnya berkuliah di UGM. Ia bahkan kabur dari rumah selama sepekan lebih lantaran situasi yang tak memihaknya.
"Hampir satu minggu aku kabur dari rumah. Lalu aku memutuskan pulang," katanya.
Sepulangnya di rumah, Afid mengungkapkan suasana berubah jadi mengharu biru. Ayah dan ibunya memeluknya sambil menangis lantaran merasa menyesal seolah menghalanginya untuk berkuliah.
"Kemaren-kemaren pas mamah keliling mamah dimarahi sama tetangga, katanya UGM itu kampus terbaik. Susah masuknya kan mamah gatau juga apa itu UGM. Terus guru aa ke rumah ngejelasin kampusnya, katanya aa dapet beasiswa juga, maafin mamah," tulisnya.
Baca Juga:3 Kiat Jaga Mental Tetap Sehat Jelang UTBK SBMPTN 2021
Seiring berjalannya waktu, momen bahagia itu akhirnya datang juga. Ayahnya kini benar-benar sembuh dan Afid juga berhasil mencapai targetnya berkuliah di UGM.