SuaraJogja.id - Sebuah foto yang menunjukkan seorang pria dengan santainya menaiki salah satu kereta kencana menghebohkan media sosial. Pasalnya, bukan sembarang kereta kencana yang dinaikinya, melainkan koleksi pangeran Keraton Yogyakarta, yaitu Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat atau Gusti Yudha.
Asisten Gusti Yudha, Jhope, membenarkan bahwa foto yang sudah beredar luas itu diambil di Pendopo Ndalem Yudhonegaran. Namun diakui Jhope, ia justru mengetahui informasi itu langsung dari Gusti Yudha.
"Saya kurang tahu karena tiba-tiba saat itu saya biasa sowan, beliau ngirimi foto itu. Dan beliau menanyakan itu siapa. Saya juga tidak tahu menahu itu siapa," kata Jhope kepada awak media, Kamis (1/4/2021).
Meski cukup terkejut dengan kejadian itu, kata Jhope, Gusti Yudha sendiri tidak semerta-merta marah begitu saja. Begitu juga tidak akan ada langkah hukum yang akan dilakukan atas kejadian tersebut.
Baca Juga:Viral Foto Pria Duduk di Atas Kereta Kencana, Ramai Dicari Warganet
Namun memang sangat diharapkan, yang bersangkutan atau yang ada di dalam foto tersebut melakukan klarifikasi untuk mengetahui maksud, tujuan, hingga siapa orang tersebut.
"Saya tidak, beliau pun tidak ada [langkah hukum yang diambil]. Saya hanya melaksanakan dhawuh [perintah] beliau. Hanya mungkin butuh klarifikasi dengan yang bersangkutan," ucapnya.
Jhope mengatakan telah menemukan orang yang bersangkutan berkat bantuan dari warganet yang melihat unggahan tersebut.
"Saya sudah kontak. Alhamdulillah bantuan netizen temen-temen Jogja, sudah dapat kontak. Di akun yang bersangkutan sudah saya inbox. Saya beri nomor saya baik-baik dan saya hanya ingin silaturahmi untuk bertemu. Saya matur begitu. Dan beliau juga sudah memiliki niat untuk bertemu dengan saya. Intinya nanti juga akan saya hadapkan ke Gusti [Yudha]," tuturnya.
Jhope menuturkan, kemungkinan yang bersangkutan datang dan berfoto di saat pendopo sepi dan tidak ada orang. Sebab, jika saat itu ada warga atau orang lain, dalam hal ini petugas yang jaga, melihat itu, pasti ia sudah ditegur.
Baca Juga:Diisi sejak Era HB IX, Sejumlah Jabatan Keraton Jogja Kini Kosong
"Kemungkinan tidak ada. Kalau ada mungkin sudah ditegur. Karena saat itu entah warga sedang istirahat siang atau mungkin ada apa," tuturnya.
Jhope menyebutkan bahwa sebenarnya tidak ada larangan untuk berfoto dengan kereta kencana tersebut. Namun memang sudah ada aturan, hanya bisa di samping atau di depannya saja, bukan lantas dinaiki.
"Karena saya pernah melihat, beberapa pengunjung entah itu wisatawan atau warga itu foto monggo saja asal di sampingnya atau di depannya, itu monggo. Dan beliau [Gusti Yudha] tidak melarang seperti itu," ungkapnya.
Lebih lanjut, Jhope menjelaskan, kereta tersebut adalah replika kereta kencana yang ada di Keraton Yogyakarta, sehingga memang itu adalah koleksi pribadi milik Gusti Yudha.
Menurutnya, Gusti Yudha sangat menghormati replika kereta kencana tersebut sebagai aset budaya. Hal itu dibuktikan dari fakta bahwa replika kereta kencana yang dimiliki Gusti Yudha lebih dari satu.
"Kereta itu hanya replika. Namun, kan koleksi pribadi. Dan beliau sendiri sangat karena sebagai aset budaya, karena jarang sekarang yang memiliki kereta semacam itu kan," cetusnya.
Ditegaskan Jhope, kendati sejumlah kereta kencana itu merupakan koleksi pribadi, tetapi bukan berarti tidak boleh dilihat oleh khalayak umum. Sebab masyarakat hingga wisatawan pun bisa mengabadikan koleksi tersebut dengan berfoto, tentunya dengan tetap menjaga sopan santu atau unggah ungguh yang ada, dan tidak lantas sembarang atau seenaknya saja.
"Melihat ya tinggal datang. Kalau mau foto ya ada petugas di sini minta izin. Kalau pun tidak ada karena di sini ada beberapa warga yang tinggal di sini, kan bisa nyuwun pirso [bertanya] tidak lantas ujak-ujuk [tiba-tiba] nganten loh [begitu]. Ini kan tlatah keraton nggih. Tentunya ada unggah-ungguhnya," jelasnya.
Jhope berharap , kejadian ini bisa menjadi cambuk bagi semua pihak bahwa keluhuran budaya masih penting dan perlu untuk terus dijunjung di setiap kesempatan yang ada.
"Keluhuran budaya kita perlu kita junjung. Perlu kita jaga. Siapa lagi kalau bukan kita. Iya to? Mohon hal ini menjadi pelajaran bagi semuanya. Termasuk saya pribadi juga mungkin saya juga kurang kontrol, dalam melayani beliau. Khususnya karena itu menyangkut budaya," pungkasnya.