Ditambah dengan Voice Recognition serta menggunakan katalog bahasa isyarat American Sign Language (ASL) yang digunakan untuk mengubah suara menjadi teks dan menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam teks.
“Cara kerja perangkat ini adalah menangkap input baik berupa gerakan maupun suara, lalu mengubahnya menjadi sebuah teks atau kalimat,” ujarnya.
Sandy menilai kebutuhan perangkat ini bagi para penyandang disabilitas khususnya teman-teman tuli sangat diperlukan. Sehingga dapat digunakan untuk menunjang sarana dan prasarana dalam berkomunikasi.
“Kami berharap, nantinya Tim Gloudeaf dapat mengembangkan teknologi ini guna memberikan trobosan baru dalam menunjang sarana dan prasarana teman-teman tunarungu yang ada di masyarakat,” harapnya.
Diketahui bahwa Tim Gloudeaf sendiri menjadi perwakilan UPNVY dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-KC) yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek.
Baca Juga:Bantu Warga Malioboro yang Terdampak PPKM Level 4, Mahasiswa Jogja Bagikan Sembako
Sandy mengungkapkan bahwa nama Gloudeaf yang digunakan itu memiliki arti atau makna tersendiri.
“Seperti filosofi dari nama Gloudeaf yang berarti cahaya (titik terang), dengan terciptanya teknologi yang mempermudah komunikasi antara teman tunarungu dan masyarakat awam ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas interaksi antara teman tunarungu dan masyarakat awam,” tandasnya.
- 1
- 2