Pedagang Pasar Ciptomulyo Digusur Tanpa Sosialisasi, Retribusi Juga Tak Diterima

"Saya malah belum dapat surat resmi kalau lokasi berjualan kami akan digusur."

Eleonora PEW | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 02 November 2021 | 13:29 WIB
Pedagang Pasar Ciptomulyo Digusur Tanpa  Sosialisasi, Retribusi Juga Tak Diterima
Deretan kios batu alam dan material bangunan di Pasar Ciptomulyo yang terancam digusur dengan pembangunan lahan parkir di RS Pratama, Mergangsan, Kota Jogja, Selasa (2/11/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Lebih kurang 20 pedagang di pasar Ciptomulyo, Mergangsan, Kota Jogja mengeluh dengan rencana pembangunan lahan parkir RS Pratama yang direncanakan Pemkot Yogyakarta. Pembangunan yang menyasar pasar khusus material batu alam itu tidak disertai sosialisasi dalam waktu dekat, dan retribusi pedagang yang harus dibayarkan tidak diterima pengelola pasar.

Seorang pedagang dan pemilik kios toko material di Pasar Ciptomulyo, Tri Harniati (50), mengungkapkan bahwa tidak ada sosialisasi atau surat edaran terbaru yang diterima pedagang selama 6 bulan terakhir.

"Saya malah belum dapat surat resmi kalau lokasi berjualan kami akan digusur. Belum ada kejelasan rencana itu akan dilakukan karena belum ada koordinasi sampai akhir tahun ini," terang Tri, ditemui SuaraJogja.id di kios miliknya, Selasa (2/11/2021).

Tri mengungkapkan bahwa informasi penggusuran untuk menjadikan pasar material sebagai lahan parkir sudah beredar lama. Namun tak ada surat resmi, pihaknya memilih tetap bertahan.

Baca Juga:Kembangkan Lahan Parkir RS Pratama, Pedagang Bahan Bangunan di Pasar Ciptomulyo Tergusur

"Kalau belum ada surat atau permintaan resmi dari pemerintah atau pihak RS, kami tetap berjualan," kata dia.

Lebih lanjut, ada sekitar 20 pedagang di lokasi tersebut. Mereka menempati tanah yang diketahui berstatus Sultan Ground yang dipinjamkan oleh pemerintah sebelumnya.

"Kalau dari sejarah kakek saya, tahun 1960-an pasar ini sudah ada, keluarga kami sudah berjualan di sini. Kemudian bangunan dibuat sendiri untuk usaha masyarakat. Tapi sekarang malah akan digusur dijadikan lahan parkir rumah sakit," keluh wanita 51 tahun itu.

Deretan kios batu alam dan material bangunan di Pasar Ciptomulyo yang terancam digusur dengan pembangunan lahan parkir di RS Pratama, Mergangsan, Kota Jogja, Selasa (2/11/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Deretan kios batu alam dan material bangunan di Pasar Ciptomulyo yang terancam digusur dengan pembangunan lahan parkir di RS Pratama, Mergangsan, Kota Jogja, Selasa (2/11/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Tri mengungkapkan bahwa pemerintah tidak terbuka dengan kejelasan pembangunan lahan parkir itu. Pasalnya Tri yang tiap bulan harus membayar retribusi kios, tidak pernah diterima oleh pengelola pasar meski dirinya berniat melunasi.

"Saya tiap bulan harus menyisihkan biaya Rp2,1 juta untuk retribusi kios ke pengelola pasar. Hanya saja selama Januari sampai Oktober kemarin mereka tidak mau menerima. Alasannya nanti saja," ujar dia.

Baca Juga:Tidak Tepat Janji, Warga Rusun Petamburan Laporkan Anies Baswedan ke Ombudsman

Kekhawatirannya ketika retribusi tersebut menumpuk dan tidak bisa dilunasi. Sehingga pengelola pasar memiliki dalih untuk menghentikan operasi atau lokasi tempatnya berjualan karena pedagang tidak rutin membayar.

"Kami juga khawatir, jika tiba-tiba ada orang (petugas) datang lalu meminta retribusi yang sudah menumpuk. Ketika kami tidak bisa melunasi nanti bisa saja dipermasalahkan," kata dia.

Tri mengatakan, jika rumah sakit membutuhkan lahan parkir seharusnya perlu dipertimbangkan kembali. Mengingat kondisi rumah sakit mulai ramai pada percepatan vaksinasi ini.

"Kemarin parkir jadi ramai karena banyak yang vaksin. Sampai-sampai parkir di depan kios kami. Harapannya pemerintah bisa mempertimbangkan lagi, setelah vaksin selesai apakah memang membutuhkan lahan parkir?," ujar dia.

Selama 61 tahun Tri berjualan, kebutuhan sehari-harinya ditopang dari berjualan batu alam itu. Terlebih lagi Tri sudah memiliki pelanggan tetap.

"Kalau harus pindah, mau pindah ke mana?, (mencari) tanah di Jogja sudah sulit. Kalau kami memulai berjualan dari nol di tengah situasi saat ini juga susah," keluh dia.


Hal senada disampaikan Anto (40), laki-laki asal Jogja ini hanya bisa pasrah jika Pemkot akan menggusur kios jualannya.

"Kalau kami boleh berharap, ya terus bertahan di sini. Dulu sudah ada sosialisasi tapi tahun 2019 sebelum ada Covid-19. Jadi setelah Pasar Prawirotaman (Jalan Parangtritis) selesai dibangun tempat kami juga akan dibangun. Rencananya memang taman parkir," kata dia.

Anto tak bisa banyak berbuat karena tanah yang dia tempati merupakan tanah Keraton Yogyakarta yang bisa diambil sewaktu-waktu. Namun jika hanya untuk lahan parkir, ia berharap pemerintah tidak menggusur.

"Saya rasa parkir untuk rumah sakit saat ini memang membludak. Tapi kalau setelah kondisi seperti ini (covid-19) turun, mungkin parkirnya bisa lebih lengang," kata Anto.

Baik Anto dan juga Tri tidak mendapatkan kepastian dari Pemkot Yogyakarta kapan pasar akan diratakan. Mereka hanya berharap pemerintah kembali mempertimbangkan kondisi ekonomi dan kehidupan puluhan pedagang di Pasar Ciptomulyo.

Sebelumnya, Pemkot Yogyakarta berencana mengembangkan lahan parkir RS Pratama Kota Jogja. Pasar Ciptomulyo yang berada di dekat RS akan disasar menjadi lokasi parkir tambahan.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi membenarkan rencana tersebut.

"Benar nanti akan dijadikan lahan parkir. Bangunan (pedagang) material yang dihilangkan. Namun untuk waktunya masih belum tahu, saya belum dapat laporannya lagi," kata Heroe, Senin (1/11/2021).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini