"Ada istilahnya di sepanjang siklus kehidupan. Jadi kalau ingin ibu itu sehat maka tidak cukup hanya intervensi kesehatan dan lain-lain itu pada saat ibu hamil tetapi sebelum hamil. Seperti pada saat wanita subur atau juga malah sebelummya pada saat usia remaja tadi," ujarnya.
Kesehatan tubuh secara keseluruhan itu menjadi kunci. Dimulai dari pola makan sehat dan bergizi yang dibentuk sejak dini atau saat usia anak-anak.
Di sini peran keluarga sangat dibutuhkan dalam membangkitkan dan menjaga pola hidup yang sehat itu. Edukasi dari tingkat paling kecil yaitu keluarga menjadi hal yang diperlukan untuk membimbing anak-anak agak tetap ada jalur yang baik.
"Untuk meningkatan kesehatan itu memang dari keluarga menjadi landasan yang utama dan pertama ya," tegasnya.
Upaya itu juga telah didukung dengan Perda DIY Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembangunan Ketahanan Keluarga yang sebelumnya juga diinisiasi oleh DP3AP2.
Baca Juga:Soroti Kerusakan di Jalan Perwakilan, Forpi Jogja Minta OPD Awasi Parkir di Lokasi Setempat
Menurut Hesti, pendekatan yang dilakukan saat berada di dalam keluarga itu sangat penting. Sebab nantinya itu menjadi landasan untuk perkembangan dan kesehatan anak selanjutnya.
Namun ia menilai masih perlu banyak tenaga ekstra atau upaya lebih dalam memaksimalkan peran keluarga tersebut. Sebab tidak dipungkiri bahwa tingkatan keluarga tadi adalah level yang paling kecil dan intens.
"Sehingga pemantauan, intervensi kita kadang masyarakat yang aktif memang aktif. Tetapi yang tidak peduli atau cuek juga ada dan bagaimana juga caranya kita bisa mengakses ke mereka. Kita melalukan pendekatan dari berbagai unsur, sektor, organisasi seperti PKK, dasawisma itu selalu digemborkan," ucapnya.
Hesti menyebut justru yang terpenting sekarang adalah membuat masyarakat itu sadar tentang pentingnya edukasi itu kepada anak-anak. Khususnya edukasi dan pemahaman yang ditanamkan melalui keluarga.
"Tetapi yang penting sekarang adalah apakah masyarakat itu bisa menyadari bahwa itu (edukasi kesehatan reproduksi dan lainnya) adalah sebuah hal yang penting untuk kita-kita, untuk mereka gitu ya. Jadi bukan kita yang harusnya begini-begini, tetapi menyadari ngga sih itu kebutuhan kita, yang terbaik untuk kita seperti ini. Nah itulah tantangan juga untuk bisa membuat masyarakat lebih menyadari pentingnya keluarga," urainya.
Baca Juga:Capaian Vaksin Anak 81,5 Persen, Dinkes Jogja Targetkan Dosis 2 Selesai Februari
Belum lagi sekarang kondisinya akan semakin bertambah kompleks menyusul kesibukan masing-masing orang tua. Tidak jarang akibatnya anak harus ditinggal hingga dititipkan ke orang lain sehingga pola pengasuhan pun kurang maksimal.