Memahami Childfree dari Sudut Pandang Anak Muda di Jogja, Fala: Aku Takut Tak Mampu Mencukupi Kebutuhan Hidupnya

Beberapa memahami Childfree sebagai pemikiran yang bertentangan dengan fitrah.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 14 Januari 2022 | 11:43 WIB
Memahami Childfree dari Sudut Pandang Anak Muda di Jogja, Fala: Aku Takut Tak Mampu Mencukupi Kebutuhan Hidupnya
Ilustrasi bayi. (Pexels)

"Artinya bagaimana sebagai seorang individu sebaiknya, ketika membuat keputusan jangan sampai gegabah. Ya dipertimbangkan masak-masak meskipun bahwa mereka mempunyai kemerdekaan atas dirinya sendiri, dia mempunyai kebebasan untuk menentukan diri," sambungnya.

Pasangan atau seseorang yang akhirnya memutuskan untuk childfree juga harus siap dengan segala macam tuntutan sosial dari masyarakat. Bahkan mungkin dari keluarga besar mereka sendiri yang mendambakan keturunan.

"Itu pasti (doroang sosial). Itu sesuatu hal yang harus dipertimbangkan juga ya, kalau memutuskan mau childfree itu ya harus siap dengan segala macam tuntutan seperti itu baik sekarang atau besok-besok. Jadi apakah siap dengan itu?" ujarnya.

Bahkan kata Sutarimah, tidak menutup kemungkinan keputusan itu masih mungkin akan berubah di kemudian hari. Terlebih jika yang bersangkutan memang sudah memutuskan itu saat usia-usia muda.

Baca Juga:Soroti Kerusakan di Jalan Perwakilan, Forpi Jogja Minta OPD Awasi Parkir di Lokasi Setempat

Hal tersebut, menurut Sutarimah sebagai fitrah makhluk hidup salah satunya manusia untuk memiliki anak. Sehingga nantinya keinginan untuk memiliki keturunan atau anak itu akan muncul.

"Sangat mungkin (berubah keputusannya), yang namanya memiliki anak itu kan fitrah ya. Makhluk hidup itu kan salah satu tujuan hidupnya adalah untuk berkembang biak ya. Jadi saya kira itu adalah sesuatu yang alamiah, naluriah sebagai makhluk hidup bukan hanya manusia," ucapnya.

Walaupun ia tidak menampik tetap ada yang berpendapat bahwa bereproduksi tidak bisa disamakan dengan mempunyai anak atau bahkan membesarkan anak.

"Tetapi saya kira keinginan untuk mempunyai keturunan itu adalah sesuatu yang naluriah," imbuhnya. 

Ia menekankan sekali lagi pada generasi muda bahwa childfree memerlukan pertimbangan dan kesadaran diri yang benar-benar matang. Terkait tujuan hingga resiko yang mungkin muncul baik di lingkup kecil atau luas.

Baca Juga:Capaian Vaksin Anak 81,5 Persen, Dinkes Jogja Targetkan Dosis 2 Selesai Februari

"Perlu saya tekankan, untuk generasi muda, sebaiknya jika mengambil keputusan akan childfree dipastikan tidak hanya karena ikut-ikutan saja. Pertimbangkan betul jauh ke depan apa tujuannya, apa resiko-resiko yang mungkin muncul, baik untuk diri sendiri maupun lingkaran yang lebih luas," tegasnya.

Childfree Belum Banyak Dibahas

Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan DIY, Prahesti Fajarwati mengaku belum banyak yang membahas terkait pemahaman Childfree khususnya dalam lingkup DIY.

"Kalau saya secara pribadi di DIY ini, di kami secara program pun kok kayaknya teman-teman di kabupaten kota pun seperti malah belum banyak membahas tentang isu itu (childfree) kalau di DIY. Mungkin itu menjadi isu kalau yang ada di kota-kota besar, sudah mulai tren ya, tapi kalau di DIY belum terangkat masalah seperti itu," ujarnya.

Justru, kata Hesti, saat ini yang tengah difokuskan adalah upaya menurunkan risiko pada ibu hamil. Mulai dari menjaga kesehatan ibu itu sendiri dari penyakit-penyakit tertentu sebelum hamil hingga pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB).

"Kita edukasi, tapi itu kadang juga masih lolos terjadi kehamilan ya terus bagaimana lagi terus tetap kita openi dan di layanan kesehatan juga tetap kita pantau baik gitu. Agar harapannya nanti keluar kehamilannya bisa lahir sehat, bayi sehat semuanya seperti itu," terangnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak