SuaraJogja.id - Massa dari aliansi solidaritas untuk Wadas menggelar aksi di depan kantor kepolisian Polda DIY pada Rabu (9/2/2022) siang. Aksi tersebut sebagai buntut dari tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap warga Wadas yang menolak penambangan di wilayahnya.
Berdasarkan dari pantauan SuaraJogja.id di lapangan setidaknya ada ratusan orang yang bergabung dalam aksi solidaritas untuk Wadas kali ini. Massa mulai memadati jalan di depan Mapolda DIY sejak pukul 12.05 WIB.
Kepala Divisi Penelitian LBH Yogyakarta Era Hareva menuturkan bahwa massa aksi solidsritas kali ini berasal dari sejumlah kelompok. Mereka menutut agar kepolisian menghentikan aksi represif kepada masyarakat terkhusus dalam hal ini warga Wadas.
"Tuntutan dari aksi ini sebenarnya ini merupakan aksi solidaritas yang itu mengimbau kepada kepolisian untuk menghentikan ataupun tidak lagi melakukan segala cara-cara yang represif kepada warga negara," kata Era kepada awak media, Rabu (9/2/2022).
Baca Juga:Akun Instagram Mendadak Hilang Usai Unggahan Video Wadas, Begini Respons LBH Yogyakarta
Terkait dengan pemilihan lokasi di depan Mapolda DIY, kata Era, hal itu hanya sebagai aksi simbolik saja. Bahwa dalam hal ini institusi kepolisian atau Polri yang sebetulnya diharapkan bisa saling memberikan dukungan.
Aksi ini disampaikan Era sekaligus sebagai suatu pengingat kepada jajaran kepolisian agar tetap berpihak kepada masyarakat. Bukan justru melakukan berbagai tindakan represif kepada warganya.
"Ini hanya sebagai aksi simbolik saja. Kemudian itu kita lakukan bahwa ya selama institusi kepolisian itu ya kami pikir bisa saling memberikan dukungan. Sehingga aksi kami yang dilakukan di Polda kali ini menjadi sesuatu yang penting untuk mengingatkan kembali kepada aparat kepolisian untuk tidak melakukan tindakan yang represif," terangnya.
Rencananya, lanjut Era, aksi solidaritas ini tidak hanya akan dilakukan di depan Mapolda DIY saja. Massa kemudian akan bergerak menuju ke kantor Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak di Kalurahan Caturtunggal, Kapanewon Depok untuk melanjutkan aksinya.
"Kemudian aksi setelah ini akan dilanjutkan ke BBWS dan tuntutannya adalah untuk meminta agar BBWS menghentikan proses pematokan lahan di desa Wada," tegasnya.
Baca Juga:Gubernur Ganjar Berkunjung ke Desa Wadas, Tak Terlihat Suasana Menegangkan
Ditanya mengenai kemungkinan menggelar aksi serupa di Polda Jateng, Era belum bisa memastikan. Namun tidak menutup kemungkinan sudah akan ada aksi yang juga digelar oleh jaringan masaa di Jawa Tengah.
"Itu (rencana ke Polda Jateng) belum tau, kemungkinan yang akan melakukan aksi ke Polda Jateng itu adalah temen-temen jaringan dari Jawa Tengah," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, kuasa hukum Warga Wadas dari LBH Yogyakarta, Julian Dwi Prasetya menyayangkan tindakan aparat kepolisian yang datang ke Desa Wadas, Purworejo secara tiba-tiba. Aparat dan pemangku wilayah tidak memberitahu maksud kedatangannya hingga membuat warga merasa terancam.
"Kami tidak tahu alasan ratusan aparat ini datang ke Desa Wadas. Sejak awal kami tidak mendapat pemberitahuan apa pun, jadi kami masih perlu meminta keterangan pemangku wilayah kenapa terjadi seperti ini," ujar Julian melalui sambungan telepon, Selasa.
Ia menjelaskan pada Januari hingga Februari 2022 tidak ada komunikasi lanjutan baik dari warga dan pemangku kepentingan terkait rencana penambangan batu andesit untuk proyek Bendungan Bener.
"Kalau soal komunikasi dengan pemangku kepentingan, Komnas terakhir itu, akan ada mediasi dan dialog terhadap penambangan tersebut. Tapi ini malah dari Polres langsung dengan personel tambahan masuk ke Desa Wadas. Ini penyerbuan, bukan pengamanan," kata dia.
Tidak ada kepastian waktu aparat polisi datang ke Desa Wadas Selasa (8/2). Namun, sejak Senin (7/2) malam listrik di desa setempat padam.
"Malam kemarin sudah mati lampu, tidak ada penerangan. Pagi ini koneksi internet tidak stabil, hal itu yang menyulitkan kami berkomunikasi dengan warga setempat," kata dia.
Disinggung kondisi Desa Wadas siang ini, Julian menyebut para aparat berkeliling lengkap dengan tameng. Selain itu dikatakan Julian banyak warga yang dikejar aparat hingga ke hutan.
"Ratusan aparat yang datang ke sana, jadi ada yang diburu bahkan ada warga yang dikejar sampai ke hutan. Karena ada ancaman mereka berkumpul di satu tempat," terang dia.
Dikabarkan sebelumnya, Warga Wadas menolak penambangan batuan andesit yang rencananya untuk membangun Bendungan Bener, Purworejo. Penambangan tersebut dianggap akan merusak lingkungan warga termasuk mengganggu sumber mata air di Desa Wadas sebagai salah satu kebutuhan warga.