Walau kecil dan sempit, makam tersebut banyak dikunjungi dan diziarahi. Baik itu perorangan maupun rombongan.
"Terutama saat penanggalan Jawa seperti Selasa Kliwon, Jumat Kliwon, Jumat Pon. Banyak dari luar daerah," kata dia.
Berada di wilayah Kalurahan Sidoagung, Pasar Godean masih punya satu lagi peninggalan bersejarah. Tugu jam yang oleh populasi di Jogja lebih akrab disebut dengan Ngejaman.

Tugu tersebut berada di simpang empat lampu merah, sebelah barat pasar. Tugu berkelir hijau tua. Aksen kuning di salah satu sisi tembok dan warna merah pada area latar tulisan aksara Jawa.
Baca Juga:Aksi Sembilan Sindikat Pencurian Toko di Godean Didalangi Perempuan, Begini Pengakuan Pelaku
"Kurang tahu itu peninggalan Sultan Hamengku Buwono ke berapa," terangnya.
Jam di bagian atas tugu, masih berfungsi dan menunjukkan waktu yang sama seperti saat itu.
"Tugu dirawat oleh Dinas Kebudayaan DIY bekerja sama dengan Pemerintah Kalurahan," tambahnya.
Esthi menuturkan, walaupun pasar Godean yang punya luas lebih dari 8.000 meter persegi itu direvitalisasi, dua peninggalan bersejarah tadi akan dilestarikan. Bahkan untuk area makam, akan dibuat lebih tertata apik.
"Jadi orang datang tidak melihatnya sebagai tempat angker," ucapnya.
Baca Juga:Gasak Barang-barang di Mirota Kampus Godean, Sembilan Sindikat Pencuri Dibekuk Polisi
Area makam Mbah Jembrak akan dibuat lebih nyaman, sebagai umumnya makam yang kerap diziarahi.