SuaraJogja.id - Pemerintah telah resmi menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Sabtu (3/9/2022) kemarin. Hal itu guna mengurangi beban subsidi dari APBN yang disebut terus membengkak.
Naiknya harga BBM bisa saja membawa dampak terhadap komoditas lain seperti telur.
Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN), Yudianto Yosgiarso menuturkan bahwa kenaikan BBM pasti membawa dampak. Namun memang pihaknya hingga saat ini tak bisa memprediksi seberapa besar kenaikan itu.
"Kami adalah usaha di bidang peternakan di hilir, pasti BBM ini akan membawa dampak tetapi kami tidak bisa memprediksi seberapa besar sebelum pemerintah ini mengevaluasi kenaikan. Artinya mengevaluasi mungkin pemerintah sudah punya cara-cara tersendiri untuk mengatasi kenaikan-kenaikan yang ditimbulkan oleh BBM," kata Yudi kepada awak media, Senin (5/9/2022).
Baca Juga:Harga BBM Subsidi Naik, Pemprov DKI Berupaya Tekan Potensi Kenaikan Harga Kebutuhan
Diketahui pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (BPN) tengah menggodok harga acuan pembelian/penjualan (HAP). Harga acuan itu bahkan telah dinaikkan yakni telur ayam di tingkat peternak menjadi Rp22-24 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp19 ribu-Rp21 ribu per kilogram, serta Rp27 ribu per kilogram pada konsumen.
Namun, belum ditetapkannya HAP telur itu pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Sehingga relevansi HAP itu kemudian dipertanyakan lagi oleh para peternak.
"Belum ini [HAP] keluar BBM-nya naik. Nah ini apakah nanti relevan. Padahal BBM naik pasti angkutan pun naik, angkutan bukan angkutan di pihak kami, pihak kami pun juga naik, tetapi bahan baku pun juga naik, semuanya juga naik," terangnya.
Yudi menyadari bahwa kenaikan BBM juga akan memukul masyarakat. Bukan tak mungkin berbagai kenaikan itu akan menurunkan daya beli masyarakat.
"Tetapi ini harus kita selesaikan secara bersama-sama dan proporsional," imbuhnya.
Baca Juga:Pemerintah Naikkan Harga BBM, GP Ansor: Ini Keadilan Subsidi untuk Rakyat
Ssbelumnya, Badan Pangan Nasional (BPN) telah melakukan koordinasi bersama asosiasi peternak layer dan broiler, guna mengidentifikasi faktor penyebab, dengan tujuan agar dapat melakukan stabilisasi yang tepat.
Kepala BPN, Arief Prasetyo Adi mengatakan, kenaikan harga telur yang terjadi saat ini dikarenakan adanya kenaikan biaya produksi, juga akibat pandemi beberapa waktu lalu.
"Terdapat perubahan harga DOC [Day Old Chick], struktur biaya lainnya, seperti biaya pakan dan biaya angkut. Hal tersebut tentunya berdampak pada perubahan harga telur," terang Arief, Kamis (25/8/2022).
Arief menyampaikan, untuk menemukan keseimbangan hulu hilir pangan, akan dibuat kolaborasi antar semua pihak pada saat yang bersamaan. Hal ini diharapkan dapat mewujudkan kondisi di mana petani dan peternak sejahtera, pedagang untung.