Kota Yogyakarta Darurat Air Bersih: Ikan Wader Hilang, Sumur Warga Tercemar E-Coli

DLH Kota Yogyakarta membeberkan kualitas air di wilayahnya sangat buruk

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 22 September 2022 | 12:54 WIB
Kota Yogyakarta Darurat Air Bersih: Ikan Wader Hilang, Sumur Warga Tercemar E-Coli
ilustrasi pencemaran sungai. [Iqbal Asaputra / Suarajogja.id]

Hal itu ditunjukkan dari pengujian atau pemantauan sungai dengan menggunakan metode biolitik. Tujuannya agar dapat langsung memantau kondisi kesehatan ekologis di dalam sebuah sungai dan daerah alirannya tersebut.

grafis Kota Jogja darurat air bersih. [Iqbal Asaputra / SuaraJogja.id]
grafis Kota Jogja darurat air bersih. [Iqbal Asaputra / SuaraJogja.id]

Diketahui bahwa metode biolitik dilakukan dengan menggunakan indikator makro invertebrata atau hewan tidak bertulang belakang. Misalnya saja capung, udang, siput, dan cacing.

Dari hasil pemantauan menggunakan metode biotilik itu nanti dapat terlihat ada tidaknya gangguan lingkungan pada ekosistem sungai.

"Kami terakhir itu tahun 2018/2019 metodenya menggunakan biotilik. Jadi menggunakan biota yang ada di sungai itu. Satu metode sederhana yang sebenarnya itu bisa diaplikasikan oleh warga secara umum," kata Halik saat dihubungi, Selasa (6/9/2022).

Baca Juga:Peringati Hari Perhubungan Nasional, Dishub Kota Yogyakarta Bersihkan Rambu Lalu Lintas dari Aksi Vandal

Hasilnya, saat pengujian itu dilakukan pada musim kemarau ditemukan bahwa air sungai yang berada di wilayah Kota Yogyakarta itu rata-rata memang tercemar dengan kategori berat. Mengingat masuknya air bersih ke sungai dari mata air atau hujan itu lebih sedikit.

"Kalau pas di musim hujan itu biasanya ada yang status tercemarnya sedang atau ringan karena artinya setiap hari akan ada input air hujan," terangnya.

Pencemaran yang terjadi di air sungai itu kemudian akan mempengaruhi kondisi air tanah di kanan kiri sungai. Bahkan pencemaran bisa masuk ke dalam sumur-sumur warga yang ada di sekitarnya.

Dari pemantauan Walhi Yogyakarta, secara umun hampir di seluruh sungai yang ada memiliki kondisi sama parahnya. Belum lagi ketika musim kemarau seperti sekarang dan ditambah ada banyak masukan selain dari limbah rumah tangga. 

Belum lagi sungai yang tercemar itu berpotensi juga mengganggu ekosistem. Sebab memang ada beberapa jenis ikan misalnya yang cukup sensitif dengan tingkat pencemaran. 

Baca Juga:BLT Kompensasi Kenaikan Harga BBM di Kota Yogyakarta Mulai Disalurkan, Dipusatkan di Tiga Kantor Pos Ini

"Beberapa jenis kalau dia sensitif dengan tingkat pencemaran cukup tinggi pasti dia akan mencari habibat yang lain karena dia tidak akan bisa hidup di kondisi tercemar," paparnya.

Halik menyebut bahwa status tercemarnya air sungai pada saat sekarang ini memang sudah memprihatinkan. Sehingga perlu ada tindakan tegas yang perlu dilakukan agar tak terus dibiarkan berlangsung.

Salah satunya terkait dengan tidak membiarkan ada input atau masukan limbah baru ke sungai yang telah terbukti tercemar. Supaya pencemaran itu dapat semakin ditekan.

"Status tercemar itu kan dalam bahasa lingkungan itu kan daya dukungnya sudah terlampaui. Artinya kondisi tertentu, seharusnya dalam kajian lingkungan saat kemudian status sungai itu sudah tercemar misalnya, itu seharusnya tidak boleh ada inputan baru," tegasnya.

Pihak-pihak yang berkaitan dengan hal ini dinilai harus aktif memberikan edukasi kepada masyarakat. Termasuk dengan tidak membuang limbah baru lagi ke sungai yang telah tercemar.

"Artinya kalau misalnya ada usaha atau kegiatan di sekitar sungai itu secara izin itu tidak diperbolehkan membuang limbah. Walaupun itu sudah diproses dengan standar baku mutu," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak