Musa menambahkan, jamaah Aolia tersebar di berbagai daerah terutama Jawa Tengah dan DIY, di mana mereka melaksanakan Salat Idul Adha semua. Dia tidak bisa menghitungnya secara pasti karena jumlahnya sangat panjang.
"Di [Kecamatan] Panggang ada sekitar 10 titik," tutur dia.
Menurutnya, jamaah Masjid Aolia bukan sebagai organisasi. Jamaah Masjid Aolia menganut aliran Ahli Sunah Wal Jamaah. Jamaah Masjid Aolia terbentuk sudah cukup lama yaitu sekira tahun 1983 saat itu dirinya belum lahir.
Mursyid Kyai Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau Mbah Benu keilmuannya secara Laduni yang turun tiba-tiba ke pribadi Raden Ibnu Hajar Sholeh, karena Mbah Benu juga dibimbing oleh Mursyid-mursyid yang lain seperti Gus Jogo Rekso di Muntilan, Syech Jumadil Kubro dimakamkan di Gunung Turgi dan Sunan Pandanaran di Klaten.
Baca Juga:3 Jam dari Kota Semarang, Pantai Satu Ini Bisa Jadi Jujugan Saat Liburan Idul Adha di Jawa Tengah
"Beliau pernah mondok seperti di Pesantren Mbulus, pesantren daerah Maron Purworejo," tambahnya
Mengulik sedikit bagaimana ajaran Islam yang mereka anut, menurutnya ilmu dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu ilmu kasbi dan ilmu laduni.
Ilmu kasbi dapat diperoleh manusia melalui usaha seperti belajar, melakukan percobaan, dan lain-lain. Sementara itu, ilmu laduni bersifat rahasia dan diturunkan secara langsung dari Allah ke dalam hati seseorang.
Salah satu jamaah Aolia, Rino Caroko mengungkapkan, mereka melaksanakan Idul Adha berdasarkan dawuh atau perintah dari Mursyid Jamaah Aolia, Raden Ibnu Hajar Sholeh. Mereka pun sangat meyakini keilmuan dari Mursyid Raden Ibnu Hajar Sholeh.
"Tadi salat Ied saya ikut salat Ied di rumah Mbah Benu. Saya ikut wong nderek kyai," tambahnya.
Dan siangnya mulai menyembelih hewan kurban, di mana saat ini tengah menyembelih kambing. Rino sendiri mengaku usai menunaikan Salat Idul Adha langsung turun ke Bantul untuk mengambil sapi yang akan mereka sembelih.