Inovasi Pengelolaan Sampah, Bank Sampah Induk Jogja Kembangkan Tepung Maggot Pakan Ikan

BSI turut mengembangkan teknologi pengolahan sampah organik menggunakan maggot. Saat ini, BSI telah memiliki dua demplot atau kandang maggot

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 08 Januari 2025 | 13:11 WIB
Inovasi Pengelolaan Sampah, Bank Sampah Induk Jogja Kembangkan Tepung Maggot Pakan Ikan
Pengolahan sampah organik dengan budidaya maggot oleh Bank Sampah Induk Jogja. (Dokumentasi: Pemkot Yogyakarta).

SuaraJogja.id - Bank Sampah Induk (BSI) Jogja terus bergerak untuk membantu mengurai persoalan sampah di Kota Yogyakarta. Tak hanya sampah anorganik, sejumlah inovasi pengolahan sampah organik pun turut dilakukan. 

Ketua BSI Jogja, Sri Martini mengatakan bahwa pihaknya mendukung program Organikkan Jogja yang digagas Pemerintah Kota Yogyakarta. Tahun ini, BSI memfokuskan monitoring dan evaluasi alat pengolahan sampah organik metode biopori yang telah didistribusikan di tahun sebelumnya. 

"Kalau digunakan dengan baik, seharusnya sudah panen. Hasilnya bisa diolah menjadi pupuk atau disetorkan ke BSI untuk dijadikan media tanam," kata Sri Martini, Rabu (8/1/2025).

Selain itu, kata Sri, BSI turut mengembangkan teknologi pengolahan sampah organik menggunakan maggot. Saat ini, BSI telah memiliki dua demplot atau kandang maggot, yang mampu mengolah hingga 360 kg sampah organik setiap hari. 

Baca Juga:Harus Penuhi Kebutuhan 150 Ribu Siswa SMA/SMK Jogja, SPPG Belum Siap Laksanakan MBG

"Awalnya kami menetaskan maggot dari telur. Sekarang, kami sudah bisa memproduksi maggot dalam jumlah besar. Kami punya dua demplot, paling sedikit 100 kg sampah organik dan paling banyak 360kg," tuturnya.

Disampaikan Sri, ada berbagai produk dari hasil pengolahan maggot yang ditawarkan BSI. Meliputi telur, baby maggot, fresh maggot, pupa maggot, serta produk olahan seperti maggot kering, kasgot pupuk, dan tepung maggot. 

Ketiga produk olahan itu sangat potensial sebagai pengganti pakan ikan. Sehingga dapat memperluas peluang ekonomi dari sektor pengelolaan limbah organik. 

"Kami turut membantu menyukseskan program Organikkan Jogja, tidak hanya di hulunya, tetapi juga di hilirnya," tandasnya.

Kemudian untuk anorganik, dari catatan BSI hingga Oktober 2024 kemarin sudah berhasil mengelola dan menjual lebih dari 75 ton sampah. Mulai dari sampah kertas, plastik, logam, kaca, residu dan lainnya. 

Baca Juga:Berambisi Menang Lawan Persekat Tegal, Pelatih PSIM Yogyakarta: Bisa Jadi Jalan Pembuka ke Babak Delapan Besar

Sampah-sampah anorganik itu diserap dari bank sampah unit (BSU) berbasis RT/RW di wilayah. Setidaknya sudah ada 130 BSU dan yang telah bergabung bahkan perkantoran dan sebagian perguruan tinggi.

Pihaknya menekankan bahwa kebiasaan memilah sampah anorganik seharusnya sudah menjadi budaya yang terbangun selama lebih dari tiga tahun terakhir. 

"Kalau memilah sampah anorganik, ini sudah bukan lagi tahap sosialisasi. Program ini seharusnya sudah menjadi kebiasaan masyarakat Kota Yogya," ucapnya.

Menurutnya, langkah ini tidak hanya berkontribusi pada pengurangan sampah, tetapi juga membuka peluang inovasi baru dalam pengelolaan limbah. 

Sri Martini menegaskan bahwa keberadaan BSI dapat mendorong perubahan perilaku masyarakat dan menciptakan ekosistem berkelanjutan, dengan pengelolaan sampah terpadu ini diharapkan mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus peluang ekonomi bagi masyarakat Yogyakarta. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak