"Besok kalau sudah berjalan kan tidak sekaligus dari awal sampai sana di bongkar semua. Bertahap ya, separuh dulu, kemudian nanti anak-anak mungkin bisa belajar di ruang yang tidak direnovasi dulu yang ada," kata Kepala SDN Kledokan, Sulismiyatun.
Sementara ini, usai insiden atap ambrol tersebut praktis hanya tiga ruang kelas saja yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
"Karena 6 kelas ruangan yang tersedia hanya tiga kelas nanti bisa sif-sifan, sif pagi dan sif siang, nanti bisa kelas bawah sif pagi, kelas atas sif siang," ungkapnya.
40 Persen SD Negeri di Sleman Butuh Perhatian Khusus
Baca Juga:Terungkap, Banyak SD di Sleman Butuh Perbaikan Mendesak Pasca Insiden Atap Ambrol
Dinas Pendidikan (Disdik) Sleman mencatat ada 30-40 persen sekolah dasar negeri (SDN) di wilayahnya yang memerlukan perhatian serius terkait kondisi bangunan.
![Kondisi di SDN Kledokan, Sleman usai insiden atap ambrol, Senin (5/5/2025). [Hiskia Andika Weadcaksana/Suarajogja.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/06/61767-sdn-kledokan-sleman.jpg)
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Sri Adi Marsanto, menuturkan bahwa prosentase itu diambil dari total 374 SD Negeri yang ada di Bumi Sembada.
Adi bilang informasi terkait kelaikan bangunan sekolah itu dihimpun dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang dilaporkan oleh masing-masing satuan pendidikan.
"SD Negeri total 374, kalau berdasarkan dapodik itu, sebenarnya berharap diisi dengan jujur dan up to date," kata Sri Adi ditemui di SDN Kledokan, Senin (5/5/2025).
Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya keakuratan data dalam sistem Dapodik untuk memotret kondisi riil sekolah-sekolah.
Baca Juga:SDN Kledokan: Atap Kelas Ambrol, Siswa Kelas 1-3 Belajar di Rumah, MBG Jalan Terus
Dijelaskan Adi, bahwa prasarana yang dimaksud mencakup dua aspek utama, yaitu kondisi fisik bangunan serta peralatan atau perabotan di ruang kelas.