Banyak bangunan dan corak arsitektur yang merupakan peninggalannya masih digunakan dan dijaga kelestariannya.
Beliau juga pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara.
Pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Tidak hanya itu, HB II juga dikenal memperkuat sistem militer keraton, termasuk membangun benteng baluwarti lengkap dengan meriam sebagai sistem pertahanan.
Baca Juga:Polemik Lempuyangan: Keraton Bantu Mediasi, Kompensasi Penggusuran Tetap Ditolak Warga
Di bidang sastra, HB II meninggalkan karya monumental seperti Babad Nitik Ngayogya dan Babad Mangkubumi, yang mengisahkan perjuangan berdirinya Keraton Yogyakarta.
Selain itu, karya sastra fiksi seperti Serat Baron Sekender dan Serat Suryaraja juga menjadi bukti kontribusi beliau dalam bidang kebudayaan.
Sebagai informasi, Sri Sultan Hamengku Buwono II lahir pada 7 Maret 1750 dan memerintah Kesultanan Yogyakarta dalam tiga periode: 1792–1810, 1811–1812, dan 1826–1828.
Pada masa kepemimpinan keduanya, beliau dikenal sebagai Sultan Sepuh. Sri Sultan HB II wafat pada 3 Januari 1828 di usia 77 tahun.
Baca Juga:Titik Terang Sengketa Lempuyangan: Keraton Turun Tangan, Warga Dapat Ganti Untung